Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Jumat, Mei 13, 2016

0

Rindu

Surya menyapaku, bulan menemanimu
Kita tak berada dalam satu langit, tapi seluruh angkasa menyambutmu
Mereka mengirimmu dalam ruang rindu
Kau, misteriku, napas keduaku, bulir nadiku
Sapa aku dalam ruang rindu.
Aku berdiri, aku tak berjarak dengan telepon genggam, pengganti pelukmu.
Kring…
Nada telepon itu adalah nyanyian benda canggih terhebat
Dan auramu merambat menggetariku
Inilah waktuku, inilah waktumu, kau retakkan telingaku.

Selamat malam Mas, karenamu aku  jadi mengingat
Jika aku memukulmu, Tuhan memukulku
Akupun teringat, semoga hujan ditempatmu bukan wanita
Karena aku bisa cemburu, dia lebih dulu menyentuh tubuhmu.

Aku mendengar suaramu, menembus labirin otakku
Entah bagaimana beku dan hangat bisa kurasa menjadi satu
Jemariku dan mataku, menatap lurus puisi yang ku kirim untukmu jutaan detik lalu

Puisi yang kubuat untukmu, kau pasti suka, karena resepnya datang dari surga.
Surga yang berwarna. Oh iya, suatu saat jika nanti kau buta warna, Mas
Aku telah siap melukis pelangi monokrom dilangitmu

Kita terdiam, aku tersenyum, dan berusaha kusembunyikan olehmu
Seakan kau bisa menembus ruang melihatku, tapi aku tau, kau tahu senyum itu

Mas, aku tidak tahu menahu tentang arsitektur.
Tapi ulahkukah yang membuat senyummu jadi jembatan antara bumi dan surga malam ini?
Entahlah, aku tak tahu pasti. Tapi saat ini
Aku yang tak tahu menahu tentang ilmu bumi ini tahu pasti
Bahwa tatapan matamu, walau dibayangku, masih buatku lupa akan gravitasi
Akupun tidak paham strategi pasukan Purdi abad 13
Yang aku tahu hanyalah membentengimu dari panah wanita berengsek

Aku bergeser dan menatap langit disela jendelaku
Andai kita satu langit, disitu

Mas, aku tak paham astronomi
Tapi gugusan bintang setuju membentuk konstalasi rindu
Kala langitku dan langitmu dipisahkan oleh waktu
Aku juga tidak tahu menahu tentang matematika
Tetapi setiap aku memikirkanmu
2 kali 21 hasilnya selalu 5 huruf, sama dengan cinta

Aku menggodamu lewat angka, aku tahu kau tak suka matematika.
Kau tak butuh hitungan, karna kamu tahu, rasaku takkan pernah terhitung sampai kapanpun

Mas, saat ini aku hanya membawa bekal setumpuk keyakinan
Dan kotak berisikan hati
Apa itu cukup untuk menjelajahi waktu bersamamu?
Tenang saja, dan mencobalah menjelajah bersamaku
Meskipun aku tak paham terhadap ilmu apapun, kecuali memahamimu
Namun ingatlah, selama kita menjelajahi waktu
Mungkin aku sering melompat, terbang
Namun tenanglah, Mas, didasar hatimulah aku selalu jatuh
Seangkasa dan sepalung manapun kita terbang tenggelam
Mana bisa kamu mati, Mas
Jika surga memiliki nadi, cinta kita adalah denyutnya

Kau tersentak. Kata kata itu menusuk hingga relung dan batinmu

Ya, surga bernadi dan cinta kita denyutnya
Oh Mas, cahaya kedua setelah matahari
Betapa aku telah jatuh padamu dan menolak bangun lagi

Biarlah ucap kuasa Tuhan yang membentuk senyummu
Jatuhlah seperti hujan memukul tanah, jatuhlah sesuai kalender surga
Namun, apalah guna kalender jika hanya mengurut hari,
Kamu telah menjadi detik yang kulewati, dan segala musim yang kulalui

Kita terdiam, hening, dan aku merekam bunyi napasmu
Sebagai pengingat, kau adalah udaraku

Tidak tahu menahu tentang otomotif, tetapi namaku disebut olehmu
Detak jantungku bisa melesat cepat, membalap apa saja, siapa saja
Entah terbuat apa dirimu, ketika kudengar namamu
Talangmus diotakku tak henti menggambar wajah dan nadiku yang bergemuruh
Bumi berputar, tapi aku tidak pusing karenanya, kau mau berputar-putar
Biarlah aku pusing, asal tidak lepas pandangaku kearahmu
Tuhan Maha Pecinta, Dia turunkan butiran seujung kukunya
Melalui jemarimu dan kata-katamu yang luar biasa.
KeMahahaan Tuhan kulihat kadang humoris
Menyiadakanmu di musim galau
Seperti menurunkan hujan di musim kemarau, aku terhibur
KeMahaan Tuhan Sang Pengatur Segala
Disediakannya kamu sebagai salju
Yang siap membekukank dalam setian deretan kata-kata syahdu
Aku malu.

Aku ingin melihat antrian kata  yang berdesakkan di isi kepalamu, Mas
Aku ingin menyaksikan kuasa Tuhan melalui jemarimu

Aku tercekik rindu,  waktu dan ruang seakan menghukumku
Andai bumi tak berputar, andai waktu terhenti.
Aku abadikan saat ini

Aku menyalahkanmu, Mas
Kini paru-paruku hanya sebesar 1 cm
Ruang napasku disesaki oleh baris cantik huruf-huruf yang tersusun semesta pikirmu
Akupun masih menyalahkanmu, huruf-hurfumu berbaris seperti tentara
Kini telapak kakiku meleleh, berdiri diatas kata-katamu yang membara
Ini salahmu, Mas jika esok matahari memusuhiku
Karena hangat kata dan sapamu cukup membuatku melewati ribuan hari tanpa pagi
Dan aku masih menyalahkanmu, kamu biang keladi
Seenaknya menghentikan waktu dunia dengan kalimat ajaib
Yang setara dengan mantra surga

Kini Mozzart, Bethoven bahkan Choppin bisa murka,
Karena melodi terindah bagiku terlantun dari kata galian tarian lidahmu
Dalam setiap kecapmu
Tuhan Maha Kreatif, Dia mencinptakan berbagai kalimat semangat
Untuk hidupku dan salah satunya datang dari dirimu

Aku tidak pernah menanyakan  apa itu cinta
Hingga kau datang dengan ribuan jawaban
Jawaban yang akan terus kupilih berkali-kali sampai mati
Iya, kau jawabanku atas hal-hal yang bahkan belum kutanyakan
Karena aku yakin,- meyakini

Ini detik aku melepasmu, dan aku akan kembali pada bayangmu
Dan menggemgam hampa jemari yang berjarak

Terimakasih, Mas
Kini nadiku kembali berdenyut, tatkala gubahan katamu menelusuk sanubari
Dan menari-nari dalam pembuluh arteri
Kau diam, Aku mati
Selamat Tidur, Mas


Danis House, Pare, 30 Januari 2016

0 komentar:

Posting Komentar

ayoo!! posting komentar kalian yaa.. jangan jadi reader yang diam aja. jangan lupa follow my blog yaa :)