Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Rabu, Oktober 23, 2013

0

Tentang Aku, Kamu dan Tanpa Kita



Ini bukanlah hal yang pertama ku lakukan, duduk sendirian dan memerhatikan statusmu yang berlalu lalang d social media. Setiap kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat, dan aku tak pernah tahu kenapa engkau selalu berada disana, berada dalam setiap bait tulisanku yang sebenarnya enggan aku baca dan aku definisikan lagi. Ini bukanlah sesuatu hal yang baru untukku, duduk berjam-jam tanpa merasakan kehangatan perhatianmu melalui pesan singkat. Mungkin, kekosongan dan kehampaan yang menemaniku sudah berganti beberapa wajah sejak tadi, namun aku tetap diam, mencoba tak memperdulikan keadaan. Karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati muda.

Tentu saja kamu tak merasakan apa yang aku rasakan, kamu juga tak memiliki rindu yang tersimpan sangat rapat. Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, meski pada akhirnya kau mengetahuinya. Tapi percayalah, aku tak ingin mengganggumu. Bukankah berjauhan seperti ini, semua akan terasa lebih baik? Seakan-akan aku tidak peduli, seakan-akan aku tidak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki rasa perhatian. Untukku seperti ini sudah cukup, cukup aku, kamu dan tanpa kita.

Kali ini, aku tidak akan bercerita tentang kesepianku atau bercerita tentang hal yang mungkin saja sulit kau pahami. Karena aku sudah tahu, kamu sangat sulit untuk diajak basa-basi jika itu menyangkut diriku. Aku yakin, kamu akan menutup semua telingamu dan mengeraskan volume lagu-lagu yang bernyanyikan tentang perempuan yang sangat kau cintai.  Aku tak pernah tega untuk membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kau maki dan kau benci. Seperti saat dulu aku berbicara rindu, kau malah menertawakanku. Seperti dulu saat kita masih bersama, aku berusaha menghiburmu dengan bernyanyi, namun kau tulikan telingamu.

Hanya sebuah cerita sederhana yang mungkin tak mau kau dengar sebagai pengantar tidurmu. Kau tak suka jika aku menceritakan tentang air mata yang aku keluarkan untukmu bukan? Bagaimana jika ku ganti air mata dengan senyum pura-pura? Tentu saja, kau tak ingin melihatnya. Sejauh yang aku tahu tentang dirimu; kau tidak peka; kau angkuh dan sombong. Dan mungkin saja sifat lamamu yang buruk ini masih sama, walaupun kita sudah berpisah sangat lama dan sudah lama tidak berkirim kabar.

Akhir-akhir ini aku kembali merasakan sepi sekali. Aku seperti mendengar suara ku yang selalu menyebutkan namamu. Namun, aku masih saja heran. Dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat aku lewatkan kisahnya. Tentang kita. Ah….. sudahlah, pasti kamu sekarang sedang membuang muka. Tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang sangat samar terlihat. Aku juga tak ingin mereka-reka senyummu yang sudah tak seindah dulu.

Wajah baruku bisa kau lihat sendiri, terlihat lebih baik dan lebih hangat daripada saat awal perpisahan kita. Berbicara mengenai perpisahan, benarkah kita berpisah? Benarkah kita saling melupakan? Jika memang ada kata ”saling” namun kenapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? Dan, kenapa tak ada alasan untuk tidak berbagi? Dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani. . . menjalani sesuatu yang aku sendiri pun tidak tahu harus menyebut semua ini apa. Tapi dulu kau terkadang mencariku. Terlalu tololkah jika ku sebut ini belahan jiwa? Keterikatan kamu dan aku tanpa ada status, tapi jiwa kita, napas kita, kerinduan kita; memiliki  denyut dan detak yang sama.


Tak usah dibawa serius mas, hanya bebrapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah sejak lama datang menghantui. Sejak kamu tak lagi menemani hariku, sejak aku dan kamu memilih jalan sendiri-sendiri, aku malah sering bermain-main dengan sepi, sulit untuk dipungkiri.

Hitungan bulan lagi tanggal 2 Desember. Ingat apa saja yang sudah kita lewati selama 2 tahun terakhir?

Saat dulu aku dan kamu menjadi kita. Indah. Bahkan terlalu indah. Tapi, masa lalu, dulu. Sudah ku bilang sejak awal kan, “dulu" memang menyenangkan.




Senin, Oktober 07, 2013

0

Jika Aku Gadis Berkacamata Itu



Dipenghujung hari seperti ini, kebanyakan perempuan pada umumnya sudah berada ditempat ternyaman dan menarik selimutnya sampai menutupi bahu. Tentu saja ini salahku, jika sampai saat ini aku belum bisa untuk memejamkan mata, aku selalu sulit untuk menemukan kantuk akhir-akhir ini. Entahlah, aku tak tahu, mengapa sekarang sulit sekali mencari kantuk, sama seperti halnya memahami ingin mu.


Saat menulis ini, aku baru saja memperhatikan ini statusmu bersama seseorang yang tak pernah kukenal. Seseorang yang kau suka, seseorang yang nampak mesra denganmu, dalam tutur kata, entah dalam dunia nyata. Aku sering menebak-nebak dan karna teka-teki inilah aku jadi terluka parah. Seharusnya tak perlu ku ikuti rasa ingin tahuku ini. Seharusnya aku tak perlu lagi mencari-cari kabarmu dari sudut maya, tempat segala kemesraan bisa terjalin tanpa ku tahu, apakah itu nyata atau drama belaka.

Entah dari mana aku harus menceritakan ini semua, aku selalu salah dihadapanmu. Bahkan disaat aku benar pun, aku selalu salah. Seperti malam ini, aku tak pernah paham bagaimana hubungan kita sesungguhnya. Aku pikir ada yang salah, ungkapan perasaan kita hanya sebatas sindiran status. Dewasakah kita? Tidak Tuan, kita hari ini layaknya anak kecil yang sedang mengadakan perang.. Aku tak memulainya, Aku hanya membenarkan sesuatu yang salah dengan caraku. Tapi, sesuai permainan mu Tuan, sekali lagi kau benar. Kau lagi-lagi membela orang yang kau suka dan memojokkan aku sebagai orang yang salah. Seharusnya kau tahu Tuan, mana yang benar dan mana yang salah.


Entah kenapa selang beberapa menit setelah adu argumentasi alot kita, kamu membuat status yang merendahkan ku. Aku tak pernah tahu, kenapa hanya kenangan buruk tentang kita yang kamu ingat. Dan kenapa aku hanya mengingat kenangan manis tentang mu. Ini tak adil bagiku, aku berusaha tak mengganggu hari mu, aku tak pernah membuat masalah terhadapmu sejak malam terakhir aku mengirimkan text pengakuanku. Aku juga tak marah saat kau mulai berkencan dengan wanita lain. Aku sadar diri Tuan, kamu hanya ilusi ku yang paling tinggi. Aku hanya bisa menulis tentangmu, memimpikan mu, dan melihatmu dari kejauhan. Masihkah itu mengganggu hidupmu?

Aku tak pernah mengerti, apa alasanmu membenciku. Ini terbalik Tuan, seharusnya aku yang mempunyai seribu alasan untuk membencimu. Kau bukan saja merusak impian kecilku untuk masuk Universitas yang aku mau, tapi kau juga membuangku kedalam kehidupan yang aku tak pernah inginkan sebelumnya. Kau jugalah yang membuatku seperti ini, menangis setiap malam tanpa henti hanya untuk orang sepertimu Tuan. Kau tahu mengapa aku selalu memaafkanmu lagi dan lagi? Karena aku percaya selalu ada pembelajaran dari setiap kesalahan, bahkan yg terburuk. Tapi sayang, kau tak pernah sadar dan mengerti Tuan.

Kau bisa saja mengatakan aku ini pembuat masalah, aku ini suka sekali memojokkan orang yang tak aku suka.. Tapi sekali lagi, tahu apa kau tentang aku Tuan? Kau saja tak ingat ulang tahunnku, untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukku pun kau tak mau. Lalu, bagaimana bisa kau menghakimi ku seperti itu? Seolah-olah kau ini Tuhan. Kau tahu, siapa pemberi kado sketch book itu? Kau tahu, siapa orang yang selalu kau buat menangis? Aku Tuan, aku orang nista yang mengirimkan kado itu, aku juga yang kau caci maki disetiap statusmu. Aku mungkin memang nista dihidupmu Tuan, selalu mengganggumu, selalu berilusi tentangmu. Bahkan saat aku menulis ini, aku berilusi kau menyeka air mataku. Lucu kan? lantas, kau tau siapa orang yang selalu aku gambar wajahnya? Kau tahu siapa orang yang selalu aku banggakan dihadapan teman-temanku? Kau tau, siapa orang yang aku tuju setiap aku menulis surat cinta? Kamu, Iya kau Tuan.

Ini sungguh terbalik, Seharusnya aku yang memakimu, seharusnya aku yang membuangmu, seharusnya aku yang membencimu setengah meti seperti ini. Kau tak pernah tau rasanya jadi aku, orang yang tertekan setiap hari, orang yang menyembunyikan rasanya untuk melihat orang lain bahagia. Orang yang suka rela kau hina, kau caci dan kau maki.. Dan orang yang selalu berkata, aku baik-baik saja saat semua yang berantakan.. Aku juga orang yang kau hancurkan hatinya dan masih bisa tersenyum esoknya. Aku menutupinya, cukup kamu dan hanya dengan bayang mu aku berbagi rasa..

Saya cuma butuh kamu, bukan benar-benar ingin memilikimu. Saya cuma jatuh cinta padamu, bukan berniat mengganggu harimu. Maaf, aku sama sekali jauh dari kata sempurna Tuan, aku bukan gadis berkacamata itu. Gadis yang selalu kau gambar, dan gadis yang selalu kau banggakan.. Aku ini hanya seseorang sampah menurutmu, seseorang yang berguna jika saat kau kesepian. Kau dan aku tak pernah bisa didefinisikan. Dan meskipun kita takkan pernah menjadi nyata, tapi aku tahu perasaan ini lebih dari nyata.. Aku mencintaimu dalam perih, meski kau melukaiku, meski kau membuangku. Aku menyayangimu wisnu abimawan.. semua masih sama seperti saat kau menatap mataku setahun lalu, 16 agustus 2012