Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Senin, Desember 28, 2015

0

Sajak Hujan



Sepagi ini hujan turun, aku masih terpaku dibawah selimut, sambil menenangkan debar jantung yang mulai terasa menyesakkan, dan membuat napas-ku tercekat. Diam-diam ku basahi pipi-ku dengan air mataku sendiri, memaklumi setiap kejadian yang sudah terjadi. Redup lampu yang terlihat dibalik selimut menyadarkan-ku, bahwa penerang hidupku kini sudah tak lagi ada.

Hujan semakin deras, tubuhku perlahan menggigil akibat dingin, yang menerka sekuat apa aku merindu tanpa kau ketahui. Suara kecipak air dari pengendara membenamkan-ku dalam kumbangan kenangan setiap detil percakapan. Sebab kau tak pernah luput ku ingat, meski kenyataan sering kali membuatku tertegun dengan  mengendalikan napas yang terisak-isak.

Deras hujan semakin menerjang, gemuruh petir yang memantak, mengingatkan-ku akan dianmu yang bengis dan lebih menyayat dari belati berkarat. Senyum-ku tak terlihat, membayangkan langkah kakimu yang perlahan menghilang. Sebab kumahfumi, memahami ialah pelajaran yang tak mengenal evaluasi, dan aku gagal dengan cemerlang.

Hujan sudah mulai reda, aku mulai merangkai kata untuk menerka, mencari setiap kemungkinan hadirmu disela-sela ilusi mimpi yang tercipta. Dan kini ku ketahui bahwa hadir-ku tak pernah kau jumpai, meski hanya dalam sebuah imaji.

Hujan telah berhenti sepenuhnya, namun jiwaku justru ditodong senjata yang tak kasat mata. Aku memejamkan mata, menghitung setiap degup jantung-ku yang linglung. Tak ada dengung yang memekik telinga, tapi jelas ku rasa tembakan peluru rindu melesat  dari selongsong dada, merambat dan mengenai batinku tepat.

Door. Aku mati ditempat.
Semarang, 28 desember 2015

Sabtu, Desember 26, 2015

0

Perihal yang Ingin Aku Sampaikan Padamu

Untuk lelaki yang belum pernah ku temui.

Mungkin kamu akan menerka-nerka apa yang akan aku sampaikan disetiap baris kalimat yang akan kamu baca ini. Saat ini tepat dini hari, dan otak-ku masih saja memikirkan bagaimana caranya untuk mengutarakan semua hal yang mengganggu laju kerja otak-ku. Ini tentang aku, tentang kamu, tentu saja tentang kita. Sebetulnya aku tak ingin mengatakan ini, tetapi aku tak ingin lagi terjebak pada hal yang sama. Menunggu seseorang yang tak pernah berlari kearah-ku. Aku bukanlah perempuan yang dengan mudah mengatakan keinginanku. Semuanya tersimpan apik dalam rentetan rentetan kalimat-kalimat implicit yang terkadang aku lontar-kan begitu saja dan bohong jika kamu tidak menyadarinya. Pagi ini, aku mencoba untuk mendeskripsikan apa yang ingin aku ungkapkan kepadamu.

Kau mungkin berpikir, Mungkinkah sepasang hati bisa jatuh cinta walaupun mereka belum pernah bertemu?  Atau mungkinkah seseorang dengan mudah menyerahkan segenap hatinya kepada sosok orang yang belum pernah ditemuinya? 

Mungkin pertanyaan diatas terdengar mustahil untukmu. Tetapi menurutku, semuanya bisa saja terjadi. Bagiku, tak ada yang mustahil dalam cinta, sekalipun mencintai seseorang yang belum ter-jamah pertemuan. Yapp!! It just likes me. Let me recall our first meeting before I start to explain what is in my mind. That day, you mentioned my nick name in the channel of our game. I was so curious about you. Then we started our first conversation.  After that, I started to develop my strong feeling for you. However, we had ever had a little misunderstading, but since that day we became a stranger till today. Do you still remember it? So funny, isnot it?

Huh! Finally, I have to say something about my feeling for you, bahwa aku sudah terlanjur mencintaimu. Aku ingin mencintaimu layaknya mentari, yang bergulir dari kanan ke-kiri. Aku ingin mencintaimu seperti udara, yang tak terlihat namun bisa kau rasa. Tapi apa semua ingin dan harapku akan menyentuh kenyataan? Inilah yang disebut mimpi, selalu terlalu tinggi. Kali ini, aku sudah tidak lagi peduli apakah kamu juga merasakan apa yang aku rasakan. Aku sudah tidak perduli, apakah nanti setelah kamu membaca ini, kamu akan mencampakkan ku atau tak menganggap ku ada. Yang aku tahu saat ini, aku mencintaimu, dan ku usahakan cintaku tidak akan menyusahkan mu. Aku tak akan melarang mu pergi atau memintamu tinggal setelah pengakuan ku ini. Semua keputusan penentu kita, aku serahkan kepadamu.

Kamu masih ingat dengan puisi yang tempo hari aku buat untukmu? Ada sebait puisi yang sengaja aku hilangkan pada saat itu, dan hari ini, aku pastikan kamu mengetahuinya.

Seorang pria, sederhana saja. 
Senyumnya menyimpan banyak tanda tanya. 
Tatapannya mengganggu laju kerja otak, 
dan gerak-geriknya memaksa-ku agar tidak melewati setiap inchi per-pindahannya. 
Lalu semua terjadi begitu saja,
saat sapa lembutnya menjaring nyata menyentuh gendang telinga.
Saat percakapan kecil yang tercipta berubah menjadi deretan narasi nyata.
Aku dan dia mengalir begitu saja.

Seperti curah lembut hujan yang jatuh ke-permukaan. 
Sederhana sekali, 
cinta memang selalu menuntut kesederhanaan.
Kala itu cinta tak lagi menjelma menjadi sesuatu yang sederhana.
berangsur-angsur tingkatannya berbeda.
Hingga dia menjelma menjadi dua kata
Luar Biasa.

Jika kamu-pun mencintai ku, 
seharusnya kamu tidak mempersulit langkah-ku
untuk membahagiakan mu.

Semarang, 26 Desember 2015