Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Rabu, Oktober 21, 2015

0

Rasa Kehilangan



Credit Picture: weheartit.com
Hingar bingar lampu pada jalan utama tak mampu membuat aku sekejap pun untuk mengalihkan pandanganku pada sebuah mini album kita. Aku memang bukan pengingat yang baik, bahkan sampai saat ini aku lupa bagaimana kita pernah sedekat nadi. Dekat? Mungkin aku salah mendefinisikan kalimat dekat, karena bagimu kita bukanlah apa-apa, atau bisa jadi definisi dekat menurutmu sudah berbeda saat kita bersama, dulu. Iya dulu, sebelum semuanya sekejam ini. Menurutku, dulu adalah kalimat yang sangat menyiksa untuk didengar. Biasanya kata itu terdengar ketika semuanya sudah berubah jauh berbeda dari sebelumnya, atau mungkin kata tersebut menjelaskan tentang sesuatu yang sangat dekat, lalu waktu membuat hal tersebut menjadi sangat berjarak. Sama seperti saat ini, saat aku mulai merindukan kamu. Aku tak berani menyimpulkan apakah kamu merindukan ku juga. Tetapi setahuku, ketika kau merindukan seseorang, kau akan mencoba untuk menanyakan kabarnya kan? Ah, atau mungkin, aksara kangen menurutmu sudah bergeser arti menjadi sesuatu yang berbeda. Aku tak tahu, Mas.
                Entah kenapa, semakin lama aku melihat foto kita, mataku semakin memanas. Aku tersenyum, tapi dadaku bergemuruh sangat hebat, tak ada susunan huruf yang mampu menggambarkan perasaan macam apa yang terjadi. Aku menghela nafas, menahan sejenak logika yang sedang berperang dahsyat melawan perasaan yang tak bisa aku elak. Ada sedikit hambatan pada sistem inspirasiku, seperti ada penghalang saat otot antar tulang berkontraksi. aku tak tahu apa yang menjadi sebab dadaku ngilu, yang jelas ketika mengingatmu, ada semacam belati tajam yang semakin masuk meranggas tanpa batas menghujam apa saja ditubuhku. Dan aku seolah pasrah menerima kenyataan bahwa mengingatmu membuatku sekarat dengan napas tercekat. Ah, aku sudah mati rasa. Rasaku sudah hancur ketika kau mengusirku secara sederhana tapi menyiksa. Ini tak adil untukku, dulu kau yang menarikku masuk kedalam duniamu, sekarang kau yang menyuruhku pergi. Seolah aku penyebab dari ketidakbahagiaanmu. Apakah aku memang tak pernah membuatmu bahagia, mas? Jika kau tak bahagia, lantas aku sebut apa saat kau tertawa kegirangan tanpa aba? Mungkin kau hanya terhibur, dan aku adalah sang penghibur. Seironis itu hubungan kita, mas.
                Kau memenuhi kepalaku, macam hujan yang datang sesukanya, lalu menjadi pengingat rasa kehilangan. Terdapat banyak kerusakan reseptor gerak sadar saat kau pergi. Tak banyak yang aku lakukan saat melihatmu punggungumu semakin jauh tak terlihat. Seperti angin topan yang membawa ku tinggi. Terlalu tinggi. Dan seketika itu pula aku dijatuhkan tanpa persiapan. Tak ada yang bisa meredam gejolak pertarungan sengit antara akal sehat dan nurani untuk memintamu untuk tetap disini. Mungkin aku terlalu  egois, terlalu menuntut kamu berada disisiku. Sedang Tuhan saja susah payah memisahkan kita karena kesamaan yang beda. Semesta ini terlalu mempermainkanku dengan mempertemukanku pada seseorang yang tak sempat aku mengatakan cinta padanya. Letupan letupan kesedihan tak bisa aku hindari, kepalaku masih terdapat gerak-gerik singkatmu yang terekam manis pada setiap sel-sel dalam otakku. Aku sering mengalami sakit kepala yang tak tertahankan akhir-akhir ini. Mungkin ini dikarenakan karena kepalaku diisi sesak olehmu, tak ada apapun kecuali narasi-narasi singkat pembentuk kenangan yang nyata. Aku masih mencintaimu, mas.
                Hujan mungkin menjadi terdakwa karena sudah membuat anak adam menangis sejadinya ketika hujan datang dengan penuh kesadisan tempo dulu. Saat jari jemarimu memenuhi sela jari jariku.  Tak bisa dibantah, jika mengingatmu seperti menenggak vodka secara berkala. Memabukkan dan menghangatkan, namun sering sekali aku harus menahan sakit sendiri saat vodka membunuhku perlahan. Pembuat candu yang membunuh. Sesakit itulah mas, aku mengingatmu. Tak ada rangkaian pembentuk kalimat rindu untukmu, karena kehilanganmu itu adalah matiku. Tak ada lagi senyum manis yang terbentuk manja. Tak ada lagi tatapan mata bahagia dari gadis yang kau tinggal pergi tanpa kabar. Ketika kau pergi, bukan hanya kamu yang pergi mas, tetapi juga aku dan sepenuh hatiku juga ikut pergi bersamamu. Pergimu itu singkat mas, tapi itu membawa nestapa tak berkesudahan.
                Sebelum aku menyudahi rangkaian elegy patah hati, aku ingin kau tahu tentang dia yang sekarang. Dia yang tanpa kamu dua tahun lalu. Kau harus satu hal dari dia saat ini mas, dia sekarang menjadi wanita penjaja keromantisan pada lelaki. Dia tidak jual diri, mas. Dia hanya menjual retorika cinta yang digemari banyak pria, yang membuat para wanita lain mengais ngais belas kasihan karena lelakinya menggadaikan kata setia untuk seorang gadis yang tak percaya cinta. Mungkin pergi mu itu sangat mudah bagimu mas, tapi tak pernah mudah untuk gadis yang kau tinggal sendirian dengan mata penuh sembab sebab kau. Kau tahu gadis itu kan, mas? Gadis yang sedang pernah kau berikan kepercayaan menjaga rumah singgahmu yang penuh kebahagiaan didalam dunia maya. Aku.

Salam kangen untuk kamu yang bernama Indra.
Dari gadis yang pernah kau telepon saat kangen kangennya.