Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Kamis, Juli 02, 2015

0

Sang Sepi yang Takut Kesepian


Temaram senja baru saja nampak, tapi bayangmu sudah memenuhi isi kepalaku dengan rentetan-rentetan memori yang tak pernah ingin aku akhiri. Tak dapat ku pungkiri, saat senja menjemput sang malam hadir, bayanganmu nampak lebih giat menghampiriku, bersamaan dengan datangnya gelap. Bagiku, gelap adalah teman yang sangat menyenangkan, dengan gelap aku lebih bisa mengenalmu lebih dari siapa-pun, dengan gelap aku bisa membayangkan tatapan hangat matamu. Meskipun, sering kali, gelap mecoba membunuhku dengan mendekatkanku akan sunyi.

Aku masih saja merutuki diriku yang terlalu menyukai gelap yang selalu membawa temannya sunyi saat sore berganti. Sunyi selalu saja membawaku kepada memori masa lalu saat debar jantungku bekerja dengan giat saat melihatmu, senyum manis, tawa lepas, kecupan-kecupan yang memabukkan, serta pelukan-pelukan yang hangat yang lebih hangat dari tungku api yang pernah kita nyalakan dengan penuh kerelaan. Nyeri didada tak lagi ku elakkan saat ratusan kenangan menghampiriku dengan menghadirkanmu yang sudah pergi dan tak mau kembali.

Sang malam sering melihatku duduk sendiri di keramaian kota saat senja menghilang. Dia sering menyebutku sang sunyi, yang senantiasa menutup-nutupi bekas luka hati dengan mencari keramaian dengan mempertontonkan wajah sumringah, yang membuatku banyak digemari para lelaki. Mereka mengenalku dengan sebutan gadis manis tanpa cela. Mereka dengan mudah memasuki kehidupanku tanpa mengetuk pintu, kemudian duduk berdua lalu berbicara cinta. Mereka selalu berbicara tentang opini-opini cinta yang diagung-agungkan untuk memenangkan hatinya. Gadis manis yang sudah mengubur opini cintanya dan menggantikannya dengan sakit hati saat ditinggal pergi lelaki saat sedang cinta-cintanya.

Saat jalan jalan utama melenggang dan bulan mulai menuju arah barat. Lelaki yang beruntung bisa duduk lebih lama lalu berbicara hati dengan dia yang seharusnya berlindung dibawah selimut sama seperti gadis yang lain. Kata romantis dengan panggilan kesayangan serta menjadi prioritas adalah sesuatu yang menyenangkanku disaat sunyi yang menawarkan sepi. Lelaki sering sekali mengucap kata cinta yang katanya suci, tapi bagiku cinta hanyalah bagian dari kamuflase cara bunuh diri. Mereka bisa dengan mudah mengatakan benar mencintaiku, tetapi pada saat yang sama itu tidak mempunyai arti apa-apa.

Sunyi memberiku sebuah kaset pita yang diputar bersama anak-anak rindu. Bagiku, rindu tak pernah datang sendiri, dia selalu datang bersama kelenjar mata yang memanas serta diikuti sesak dada yang tak kunjung reda. Saat bintang berganti sang surya, aku kembali duduk sendiri. Dia mengenalku dengan sosok sang sepi yang patah hati.

Aku-lah sang sepi yang sendiri dengan hati yang sudah mati. Aku-lah sang sepi yang mencintai keramaian dan sukarela membuka pintu hati untuk semua lelaki yang datang, singgah, kemudian pergi. Aku-lah sang sepi, yang selalu sumringah dengan air mata yang tak pernah habis. Aku-lah sang sepi yang ditikam hatinya setiap detik oleh lelaki yang sedekat nadi tapi sejauh mata yang tak pernah melihat telinga.