Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Senin, Desember 23, 2013

1

Jangan Sakiti Aku (Lagi)

Jelaskan padaku mengapa semua bisa jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil diotakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai menguasai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin aku jatuh cinta. Entah kamu.

Semua kulakukan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang tidak peka tetap saja tidak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap oleh sorot matamu. Aku menyembunyikan banyak hal hingga kau tak memahamo yang sebenarnya terjadi.

Aku tidak bisa melupakanmu. . .sungguh!!! Aku selalu ingat caramu menatapku. Caramu mencuri perhatianku. Tatapan mata mu yang tajam , namun tetap terlihat memesona dalam pandanganku. Hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja diciptakan untuk dilupakan. Tolong buat aku luap dan tolong jangan sakiti aku, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.

Kita jarang mempunyai kesempatan bicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, "Ayok, mau kapan kita nikah? :D." Aku tersenyum  ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu meulisnya tanpa perasaan, hanya untuk menyenangkanku saja.

Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit ditebak, kamu teka teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukan padaku. Aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak hanya kau lakukan untukku. Aku takut mempercayai perhatian sederhanamu yang kamu perlihatkan secara terselubung. Aku takut, sangat takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang ku duga benar adalah hal yang salah dimatamu. Tolong kembalikan aku kejalanku yang dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.

Ketahuilah, Tampan. Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul diotakku, seperti asap rokok yang menggantung diudara; kamu seakan-akan nyata. Aku tak percaya, ternyata kita bisa melangkah sejauh ini. Dan selama ini aku juga, aku tak pernah berani mengatakan suatu hal yang mungkin mengagetkanmu; aku sudah mencitaimu sejak pertemuan pertama kita.


diantara tugas-tugas yang berserakan dikepalaku,
diantara tangisan ku. dan diantara jemari yang mulai lelah
kamu masih menjadi aktor utama untuk tulisanku
aku mohon jangan pergi,

Jumat, Desember 13, 2013

0

Senyata Apakah Kita, Sayang?

Malam ini seperti biasa, aku duduk sendiri dan melihat beberapa kalimat muncul dalam jejaring sosial. Bahkan, aku dengan sengaja menguntit kabarmu dari dunia maya, yang segala sesuatu mungkin bisa terjadi. Aku mengingat kembali pertemuan pertama kita. Ternyata, perkenalan bertahun-tahun tidak menjamin cinta bisa hadir. Juga pesan singkat yang begitu sering tak menjadi bukti, bahwa cinta akan tumbuh tanpa diminta. Dulu aku selalu percaya, bahwa cinta butuh tatp mata, butuh pertemuan nyata. Dan, cinta butuh sentuhan  ringan, mungkin juga pelukan, kecupan. Awalnya aku percaya itu semua, sampai pada akhirnya aku mengenalmu.

Begini, semua hal terjadi tanpa kita minta bukan? Kita juga tak berencana untuk saling mengenal. Semua terjadi. Begitu saja. Tanpa pernah kita mengetahui kelanjutan perkenalan singkat ini. Tulisan adalah modal awal, setidaknya untuk saling mengenal. Aku tahu ini sangat bodoh, terlalu banyak perasaan asing yang mulai meremas dan menguras hari-harimu dan hariku. Ada banyak cerita yang tak mampu dideskripsikan dalam sebuah frasa, karna terlalu sukar untuk dijelaskan.

Karena terbiasa dengan sapaan ringanmu yang berwujud pada tulisan sederhanamu. Karena mulai nyaman pada sapaan di pesan singkatmu.  Aku seperti menemukan satu hal yang selama ini sempat menghilang. Begitu tergodanya aku pada dunia yang tersentuh jemari itu, hingga segalanya berlanjut pada komunikasi yang intensif. Pantaskah aku mencapai titik ini? Terlalu cepatkah jika aku menyebut ini cinta?

Oke, lupakan. Kamu tahu, aku sangat benci berbicara tentang hal yang serius. Seperti yang pernah aku katakan padamu. Have fun! Jangan sedih lagi!! Iya, menghilangkan kesedihan, perasaan yang telah membelenggu kita berdua. Aku dan kamu sedang berusaha menghilangkan kesepian, dan ketika kita bertemu (walau disengaja, karna aku tahu saat itu kamu mau mengurangi rasa bersalahmu waktu itu) ternyata dinding kesepian seperti runtuh perlahan, tanpa pemaksaan.

Benar, kita tak saling memiliki. Benar, semua terjadi seperti mimpi. Benar semua (mungkin) hanya sebuah ilusi. Aku terjebak situasi, dan terlalu percaya bahwa cinta telah hadir ditengah-tengah kita., mengisi sudut-sudut hati yang sempat dingin. Aku menganggap segalanya hanya permainan pada awalnya, yang akan berakhir; entah akan berakhir dengan akhir yang aku suka atau tidak. Namun, sayang, bukankah ini akhir yang kamu buat untuk permainan sederhana yang membingunkan kita. Aku pasrah saja pada keinginanmu.. untuk melanjutkan atau mengakhiri segalanya. Dan, kamu memilih untuk mengakhiri permainan kita, iya kan sayang? Andai jemariku bisa mengendalikan skhir dari permainan ini. Mungkin aku yang jadi aktris utama untuk cerita kita.

Jika semua hanya permainan, jika semua hanya berkaitan dengan instan, tapi mengapa kau seperti memerhatikanku dengan perhatian yang mendalam? Apabila semua hanya ilusi, mengapa kau selalu datang kesana kemari? Apakah ada hal spesial yang membuatmu terus ingin berlari kearahku? Tapi, mengenaskan juga jika aku terus memperlakukan ini dengan serius. Dan, ternyata kamu memang seedang bermain-main, sedang meloncat dari satu hati ke hati lainnya.

Sungguh, aku tak percaya tentang cinta tanpa tatapan mata juga tanpa genggaman tanga yang saling bersinggungan. Tapi, entah mengapa, aku selalu merasa takut kehilanganmu...

Minggu, Desember 08, 2013

1

Untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah membaca ini



Malam ini memang berbeda dari malam-malam lainnya, aku mencoba menulis ini, meskipun aku tahu, kau tak akan membaca ini. Ini tentang kita, atau lebih tepatnya aku dan kamu, yang terkadang harus tanpa kita. Meskipun aku sangat mengharapkan ada kata kita diantara aku dan kamu. Saat hujan mulai membasahi jalanan yang sepi, aku kembali mengingatmu yang dulu. Entah kenapa aku teringat tentang pertengkaran-pertengkaran kita dulu. Aneh memang, tak biasanya aku mengingat tentang hal buruk yang pernah terjadi dulu. Mungkin tidak aneh jika kau bilang aku ini sangat suka mengungkit masa lalu. Tapi, apakah kau pernah berpikir jika masa lalu memang lebih indah daripada hari ini? Aku tak pernah tahu. Sampai kapan aku harus menyembunyikan  perasaanku ini pada semua orang, aku lelah harus berpura-pura kuat didepanmu dan dihadapan orang lain. Apakah kamu sadar bahwa selama ini aku hidup didalam kepura-puraan dengan menutupi masalah yang ada.

Mungkin, saat ini memang aku harus jujur tentang perasaanku, tentang air mata yang aku keluarkan untuk pria berotak batu sepertimu. Aku mencintaimu. Aku tahu bahwa selama ini kamu tahu jika aku mencintaimu, tapi kamu seolah-olah tidak tahu dan mendiamkanku. Ahh.. Sudahlah. Aku tak ingin membahas ini lagi. Karena malam ini aku akan berkata jujur denganmu, tentang perasaanku saat kita bertengkar dan saat kau menyalahkanku. Aku tak pernah ingat pasti, kapan pertengkaran pertama kita dulu. Tapi, aku masih ingat, bagaimana sakitnya ketika orang yang aku cinta membela orang lain. Bagaimana laranya, orang yang selalu aku percaya tutur lembutnya menyakitiku dengan cara paling sempurna.

Hari itu, Aku bosan ketika bangun pagi hari hingga tidur malamku selalu diisi pertengkaran kecil dan bahkan pertengkarang besar. Dimana kamu selalu ingin menjadi pemenang, dimana kamu selalu ingin menjadi aktor utama. Sementara aku, hanya menjadi pemain figuran yang tidak berhak melawan, posisiku hanya seseorang yang pasif yang mencoba mengerti semua perlakuanmu walaupun ada banyak gejolak untuk melawan. Seharusnya, malam itu aku tak pernah membuka pesan singkatmu kepada temanku. Pada saat yang bersamaan kamu bisa menjadi dua orang yang berbeda, Kau ketus terhadapku, tapi dilain sisi kau menjadi orang manis untuknya. Tapi tidak saat kau marah terhadap orang lain, namun aku juga harus menanggung kemarahanmu atas orang lain. Aku memang tempat sampah, "tempat" dimana kamu, sesuka hatimu menumpahkan segala kekesalan dan amarahnya saat kamu merasa lelah dengan duniamu. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu saat itu, kamu orang yang aku percaya dengan mudah menusukku dari belakang. Malam itu, aku menangis sejadinya, aku melihat semua pesan singkatmu yang menyakitkan itu dan aku mencoba menghubungimu. Namun kau tak mau menjawab dan hanya mengirim pesan singkat yang masih aku ingat sampai saat ini.
            Dari 085740997xxx
            Terimakasih sudah membuatku tidak tidur. Puaskah?

            Untuk 085740997xxx
            Terimakasih juga sudah menyakitiku. Aku sudah membaca semuanya..

Aku tahu saat itu kamu sedang ujian, dan kamu perlu tahu aku menangis lagi saat aku harus berbohong jika semuanya akan baik-baik saja. Mungkin kau tak peka terhadap  perasaanku. Dan mungkin aku juga tahu, kamu bersikap manis terhadapku hanya untuk mengurangi rasa bersalahmu padaku. Aku suka saat itu, untuk pertama kalinya aku bisa memeluk erat dirimu dalam mimpi indahku.

Andai kamu tahu, kamu benar-benar menyakitiku dan kenapa aku dengan mudah memaafkanmu? Memaafkan seseorang yang tak pernah pantas dengan kata maaf yaang hanya dimulut. Apa kamu tahu, bahwa menjadi aku bukanlah hal yang mudah.

 Ingin rasanya kembali ke masa lalu, ketika masih ada kamu, ketika aku masih bisa tersenyum saat bangun pagi karena pesan singkatmu.

Malam ini, aku masih saja memerhatikan nomor handphone mu, menimbang-nimbang. Apakah aku harus mengirim pesan terlebih dahulu atau aku harus menunggumu? Ahhh... Tapi kamu terlalu sibuk, bahkan hanya untuk sekedar sms, apalagi menanyakan kabarku. Kali ini, aku tak merasakan kantuk sama sekali, rasa kamtuk itu tak benar-benar berarti sampai aku menulis ini, sampai aku bisa menikmati hadirmu lewat tulisanku.

Terimakasih untuk percakapan singkatnya pada tanggal tiga puluh oktober duaribu tiga belas. Meskipun kau takakan membaca ini, kau tahu. Aku mencintaimu..

Selasa, Desember 03, 2013

1

Just A Quote I Altered For Myself

"Bien que mon amour soit fou,
Ma raison calme les trop vives douleurs de mon coeur.
En lui disant de patienter, et d'esperer toujours."
                -Un erotomane internee pendant plus de cinquante ans!
Translation:
"Though my love is insane,
My reason calms the pain in my heart.
It tells me to be patient and keep hoping."
                -An erotomanic confined for over two years!

Though my love is insane,
My reason calms the pain in my heart.
It tells me to be patient and keep hoping.

When I think of you, my heart flutters
Dreaming my way into your arms
Knowing nothing is ever going to happen...

Wanting to hold you ever so close...
Watching you walk her to her door...
Crying when you kiss her as you did me...

The idea of insane love, touching
Going crazy over a person...crazy
Playing for eternity with one person...

The pain in my heart is calmed when I get a reason
The phone call, just turned my heart upside down
I know that you'll come back to me...someday.

I'm not good at being patient or hoping...
But I'll do it, if it means reattaching with you
Being just another crazy love sick puppy!

Senin, Desember 02, 2013

1

Dua Tahun. Tanpamu..

Tidak disangka, sudah hampir dua belas bulan sejak aku dan kamu memilih pisah. ternyata, selama setahun ini, segalanya memang terasa tak lagi sama seperti dulu. Aku dan kamu memilih berjauhan, sebenarnya tak saling, karena kau yang memilih pergi terlebih dahulu. Disini, aku cuma mengimbangi saja, cuma menerima kamu yang sudah jauh berbeda dari pertama kita bertemu.

 Memang, semuanya masih berjalan seperti biasa.  Aku masih bernafas, dan aku selalu menunggu pesan singkat darimu.. Tapi, apakah yang terlihat sama oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati? Lucu sekali sepertinya jika aku berkata, semuanya sudah baik-baik saja semenjak kejadian setahun lalu.. Selama ini dua belas bulan ini, tentu saja ada yang datang dan pergi. tapi, entah kenapa aku tak berani membuat hubungan baru. Aku tahu kau sudah punya penggantiku. Betapa mudah bagimu, sayang, untuk melupakan sesuatu. Aku iri padamu, aku juga ingin sepertimu yang mudah bahagia tanpa melibatkan masa lalu. Atas izin Tuhan, sekarang aku bertemu dengan seseorang yang tak setampan kamu, berkulit sawo matang, dia memang suka anime sepertimu, tapi dia tak suka permainan kartu yu-gioh sepertimu, rambutnya memang tak setebal kamu, dan tatapan matanya tak seindah tatapan matamu. Bayangkan, sayang, aku masih saja membandingkan pria lain dengan dirimu.. Entah sejak kapan postur tubuhmu yang begitu kuingat hingga menjadi patokanku untuk mencari penggantimu. Aku ingin menghadirkan sosok dirimu dalam tubuh yang baru.

Tanggal 2. Kita kembali kedalam angka yang menunjukan hari dimana kita memulai hal yang sungguh aneh.. Seberapa pentingkah tanggal dua? Mungkin memang tak penting bagi orang lain yang tak memiliki hal spesial di tanggal dua. Seharusnya di awal bulan seperti ini, banyak harapan-harapan  yang baru. Tapi terkadang juga tidak ada yang baru. Aku hanya ingin kau tahu, tak semua yang baru menjamin kebahagiaan. Dan yang kau sebut masa lalu tak selalu menghadirkan tangisan.

Kita berpisah tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi. Seperti katamu menang. jika kamu mencintaiku, kamu tetap berusaha tetap bersamaku. Namun kini, semuanya sudah berbeda. Aku pikir yang kita lalui dulu sudah menjadi bukti jika kamu membutuhkanku. Semua menyatu dalam rasa (yang orang sebut) cinta.

Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu. Kita habiskan waktu, dengan langkah yang sama, dengan denyut nadi yang sama. begitu sempurna, tanpa cela tanpa cacat. Dan kamu tahu, aku bahagia. Bahagia? Benarkah kamu dan aku benar-benar bahagia? Jika iya, kenapa kita memilih perpisahan dengan cara terkonyol seperti ini.

Kegelisahan ku mulai meningkat, ketika aku memikirkanmu, ketika aku memikirkan pola makanmu yang amburadul dan kesehatanmu yang aku ragukan.. Aku bahkan sering mencari tahu kabar, dan aku masih saja merasa sakit jika tahu sudah ada yang lain, yang mengisi  kekosongan hatimu.

Ternyata, hari berlalu dengan cepat. Sudah dua tahun sejak awal perbincangan aneh kita, sudah setahun pula aku selalu menunggumu.. Dan, sudah tak terhiting berapa banyak frasa yang sudah aku buat untuk mendiskripsikan kamu. Ini semua salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani.

Hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang untuk melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukan. Padahal, aku masih menjalani hari yang sama.

jika jemari ditakdirkan untuk mengahpus air mata, mengapa kali ini aku harus menghapus air mataku sendiri? Dimanakah jemarimu saat tak bisa kau hapuskan air mataku?



2 Desember 2011-2  Desember 2013
Selamat (gagal) dua tahun.
Jika kau rindukan kita yang dulu, aku pun juga begitu