Jelaskan padaku mengapa semua bisa jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil diotakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai menguasai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin aku jatuh cinta. Entah kamu.
Semua kulakukan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang tidak peka tetap saja tidak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap oleh sorot matamu. Aku menyembunyikan banyak hal hingga kau tak memahamo yang sebenarnya terjadi.
Aku tidak bisa melupakanmu. . .sungguh!!! Aku selalu ingat caramu menatapku. Caramu mencuri perhatianku. Tatapan mata mu yang tajam , namun tetap terlihat memesona dalam pandanganku. Hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja diciptakan untuk dilupakan. Tolong buat aku luap dan tolong jangan sakiti aku, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.
Kita jarang mempunyai kesempatan bicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, "Ayok, mau kapan kita nikah? :D." Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu meulisnya tanpa perasaan, hanya untuk menyenangkanku saja.
Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit ditebak, kamu teka teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukan padaku. Aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak hanya kau lakukan untukku. Aku takut mempercayai perhatian sederhanamu yang kamu perlihatkan secara terselubung. Aku takut, sangat takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang ku duga benar adalah hal yang salah dimatamu. Tolong kembalikan aku kejalanku yang dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.
Ketahuilah, Tampan. Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul diotakku, seperti asap rokok yang menggantung diudara; kamu seakan-akan nyata. Aku tak percaya, ternyata kita bisa melangkah sejauh ini. Dan selama ini aku juga, aku tak pernah berani mengatakan suatu hal yang mungkin mengagetkanmu; aku sudah mencitaimu sejak pertemuan pertama kita.
diantara tugas-tugas yang berserakan dikepalaku,
diantara tangisan ku. dan diantara jemari yang mulai lelah
kamu masih menjadi aktor utama untuk tulisanku
aku mohon jangan pergi,