Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Kamis, Februari 25, 2016

0

Saat Aku Dikotamu dan Kau Terlelap

Pada saat itu, saat aku mengunjungi kotamu. Surabaya. Waktu  menunjukkan pukul 04.30. Aku pikir waktu yang ditunjukkan oleh jam tanganku sesuai dengan waktu di-tempatmu. Aku bisa pastikan bahwa kulit wajahmu pasti sedang terlipat diantara kerutan-kerutan sarung pembungkus bantal kepunyaanmu. Lantas aku mengira-ngira, membayangkan bagaimana posisimu saat terlelap. Rambutmu yang hitam pekat, dengan potongan rambut model cepak  dan mempunyai belahan rambut kekiri menumpuk disisi kanan, karena kamu tidur tertelungkup dengan muka menghadap ke sisi kiri. Tangan kananmu sedang menggenggam benda ajaib yang lebar dan pintar. Tablet. Sedang tangan kirimu tampak menggapai. Aku tersipu dengan semburat warna merah pada tulang pipiku. Aku tersenyum, tapi jelas terasa hatiku ngilu karena penuh kecewa. Aku hanya bisa membayangkanmu, tanpa bisa menyentuh tubuh dan pikiranmu.

Lalu aku melanjutkan dialog dengan khayalanku. Membentuk narasi-narasi singkat agar aku bisa berandai-andai jika pada saat itu aku berada tepat disisimu. Kamu pasti tahu, akhir-akhir ini, aku selalu ingin mencuri waktumu. Menyita perhatianmu. Semua aku lakukan semata-mata supaya aku bisa tergelincir dan terpilin masuk kedalam lipatan-lipatan seprai tempat tubuhmu sekarang terbaring dengan mata terpejam. Syukur-syukur aku bisa melompat dan memasuki alam bawah sadar yang disebut mimpi, kemudian berlari-lari riang memenuhi ruang imajimu. Ah, Aku teringat, kamu pernah berkata jika ada orang yang masuk dimimpimu, itu berarti orang tersebut sedang merindukanmu. Kamu perlu tahu, jika aku memang sedang merindumu. Lantas aku bertanya, apakah aku pernah berada dimimpimu? Talamusku lalu tertawa dengan kencang dan menertawai seluruh organku yang masih menyimpan namamu. Bagaimana tubuhku masih bisa mencinta pada seorang lelaki yang punya hati yang kerasnya melebihi baja? Hatiku membelamu tetapi bibirku mengatup bisu tanpa ada penjelasan.

Sudah hampir setengah tahun aku begini. Lima bulan. Kalikan tiga puluh. Kalikan dua puluh empat. Kalikan enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Lalu kalikan lagi enam puluh. Niscaya akan kau dapatkan angka ini: 777.600.000 Itulah banyaknya milisekon sejak pertama aku jatuh cinta kepadamu. Aku jamin, angka itu bisa lebih fantastis jika ditarik sampe skala nano. Kamu bisa membuktikannya sendiri. Dan aku berani bertaruh, engkau masih disitu. Ditiap inti detik, dan didalamnya lagi, lagi, lagi, dan lagi. Kamu perlu tahu, penunjuk waktuku tak perlu mahal. Memang bersamamu memberikan sensasi keabadian sekaligus mortalitas. Rolex-pun tak mampu berikan hal itu. Mengertilah, tulisan ini tak bertujuan untuk merayu atau membunuhmu lewat rentetan aksara. Kejujuran sudah seperti riasan wajah anak muda yang menor, aku tak bisa membayangkan jika menambahinya lagi dengan rayuan. Angka ratusan juta tadi adalah fakta matematis. Empiris. Siapa yang bilang jika cinta tak bisa logis. Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus. Kamu percaya kan?

Aku melihat jam tanganku kembali, sekarang ditempatku berdiri, Gedung Dyandra Convention Centre menunjukkan pukul 05.30. Tak terasa sudah satu jam aku disini memikirkanmu. Menyumbangkan lagi 216.000 milisekon kedalam rekening waktuku. Terima kasih, aku haturkan padamu, karenamu aku semakin kaya saja. Andaikan bisa kutambahkan satuan rupiah, atau dolar dibelakangnya. Tapi menurutku, engkau tak ternilai. Kamu adalah pangkal, ujung, dan segalanya yang ditengah-tengah. Sensasi ilahi. Tidak dolar, tidak yen, tidak juga rupiah, mampu menyajikannya.  

Aku tak pernah tahu dan paham tatanan tempat tidurmu. Bukan aku yang sering menikmati tempatmu terlelap. Entah siapa saja. Mungkin wanita lain, atau mungkin cuma guling atau bantal-bantal ekstra. Terkadang aku cemburu pada benda-benda mati disekelilingmu. Yang mendapatkan apa yang paling aku inginkan, dan aku kalah dan tak mampu bersaing dengan mereka. Aku tentu saja iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi pada guling. Ahh.. Sudah hentikan! Aku tak bisa melanjutkan hayalanku soal ini. Membayangkannya saja sudah ngeri. Aku ingin merasakan dipeluk olehmu dan didekap tanpa pretensi. Mungkin rasanya seperti disurga. Dan aku perlu beribadah jungkir-balik untuk mendapatkannya.

Kini, izinkan aku sedikit memejamkan mata. Menyusulmu sebentar saja, menyusulmu kealam abstrak, dimana segalanya bisa bertemu. Pastikan kamu ada disana, tidak terbangun karena ingin minum, pipis, mimpi buruk atau pekerjaanmu yang menumpuk. Tunggu aku sebentar. Begitu banyak yang ingin aku sampaikan padamu. Mari kita piknik, makan eskrim kesukaanku, main game bersama, adu otak, bercanda, adu argumen… Tak ada yang tak bisa kita lakukan, bukan?

Tapi, jika aku bisa memilih satu, aku ingin bermimpi tidur disebelahmu. Ada tanganku didalam tanganmu. Tidurku meringkuk disebelah kanan sehingga wajah kita berhadapan. Dan ketika matamu terbuka nanti, ada aku disana. Rambutku yang sedikit berantakan dan wajahmu yang tercetak kerut seprai.

Tiada yang lebih indah dari cinta dua orang dipagi hari. Dengan muka berkilap minyak, bau feromon yang menyeruak, gigi yang berselimut mentega, dan juga mulut masam. Mereka masih berani tersenyum dan saling menyapa “selamat pagi”.


Ahhhh, Aku tersenyum, khayalanku terlalu tinggi. Maafkanlah. 

Rabu, Februari 24, 2016

0

Tidak Dicintaimu - Zarry Hendrik

Karena aku sudah terlanjur mencintaimu.
Seperti rahim yang tak mungkin menelan lagi anaknya.
Sekali-pun laba- laba telah membangun sarangnya dalam hatimu.
Sesungguhnya aku tidak ingin keluar.
Atau biarlah di dalamnya aku di sekap.
Dengan nafas yang terengah- engah.
Teriring isak yang tersandung- sandung di tenggorokan.
Inilah aku yang betapa ingin membangkitkan-mu yang tergeletak.
Mungkin ini garis terberat aku mencintaimu
Ada baiknya aku memohon ampun
Mengakui kelemahan
Menjunjung tinggi belas kasihan
Dan tak lupa berterima kasih
Aku tidak ingin hanya sekedar ada
Tapi siap dan lagi bisa
Bila lengah mata melihat
Atau lelah pundah memikul
Ketahuilah, langkahku tetaplah engkau
Aku ingin terlempar untuk membentur bola matamu
Lalu menggelinding di atas setiap esokmu
Bagiku, wajah yang di pukul kelak masih lebih ringan
Daripada tidak di peluk kamu di saat- saat seperti ini
Karena tidak di cintaimu adalah sesuatu yang baru
Yang membuatku merasa asing di antara segala hati yang membuka pintunya kepadaku
Di dalam tubuhku
Di dalam hidupku
Kaulah darahku
Alasan degup jantungku
Kini aku merasa bahwa hatimu telah menelanku hidup- hidup
Ataukah aku melantur?
Tidak… Aku hanya takut menjadi bangkai dalam hatimu
Itu saja
0

Aku Kalah

Apa orang yang memperlakukan mu dengan begitu baik harus diam-diam menyakitiku? 
Kudengar ia orang yang baik, pekerja keras, mau mengalah, rajin beribadah dan namun diam-diam mengungkapkan perasaannya kepada kekasihku.
Dan itu kau. 
Aku kalah. Aku lengah. Sesaat setelah aku berkedip, kamu lenyap. 
Kau kekasihku telah direnggut, perasaanmu kini terbelah. 
Setengah untuk orang yang begitu baik, setengah lagi hanya teruntuk kutanya-tanya.
Aku tidak menyalahkan mu. Kan kulihat kau bahagia. 
Hanya dulu, aku dapat melihat hati yang penuh pada sepasang bola matamu. 
Sekarang aku kagok oleh karena begitu banyak ketakutan di dalamnya. 
Aku ingin bertepuk tangan, namun khawatir kau tersinggung.

Apakah ini pertanda untukku meniti hidup yang baru untuk seseorang yang baru? 
Aku tidak yakin, sebab sampai di hari ini, rindu selalu lebih kuat dari kekecewaan.
Aku tidak mau memilih, memilih pengganti dengan hati yang hanya memberikan rasa kasihan.
Hati yang menjerit tidak harus selalu menyerukan kesepian.
Biarlah aku sendiri asal tidak memiliki yang tidak aku cintai. 
Ini lebih baik dari asal-asalan.

Hanya dengar kekasihku.
Jangan karena kau cinta aku begitu besar, cintaku jadi tidak berarti apa-apa! 
Kau tahu kalau kau mencintaiku, namun cintakah yang kau inginkan? 
Jika kau bilang kau lebih mencintaiku, lalu untuk diakah sisanya? 
Ah, isi hatimu dipertanyakan. 
Sekarang bayangkan! 
Jika hati kekasihku dicuri orang, akankah hatinya akan kembali dengan utuh? 
Karena siapakah aku yang menjawab tanya sendiri.
Mungkin ini pelajaran bahwa ternyata ada juga cinta yang jahat
Cinta yang mencari celah untuk dapat memisahkan dua hati yang menyatu. 
Aku dan kamu yang dulu pernah menjadi kita.
 Baiklah, baiklah. 
Biar bumi berputar, waktu berjalan dan aku terpaku saja akan bayang-bayangmu.

Yang baik selalu menang, yang terbaik hanya dikenang. Aku kalah.