Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Selasa, Januari 06, 2015

0

Terlalu Cepat

untuk seseorang yang sangat aku rindukan, si kuat yang berhasil menghancurkan pertahananku

Sehabis hujan sore ini, aku kembali membaca ulang percakapan kita dari pertama, saat aku dan kamu masih mempunyai kesamaan untuk diceritakan, yang bisa dibilang dua manusia yang mempunyai kecocokan. Aku tertawa, walaupun diam diam hatiku teriris mengingat bahwa hal-hal manis pada saat itu tak akan mungkin terjadi lagi. Tak  mungkin lagi aku berharap bahwa kamu akan berubah menjadi pria yang dulu begitu aku kenal, yang kehadirannya sulit untuk aku duga, yang diam-diam mencintaiku, yang diam-diam meruntuhkan pertahanan yang aku buat selama beberapa tahun lalu.  Sekarang, kenyataan yang harus aku terima, kamu bukan lagi pria yang aku temui ditaman, pria yang dulu sangat aku banggakan. Kamu berubah menjadi orang asing bermata sipit, berkacamata, yang mungkin tak mau tahu lagi kenangan-kenangan kita dulu.

Rasanya, aku masih mengingat saat aku menunggumu ditaman. Aku masih mengingat wajahmu, matamu yang sipit dan dihiasi kacamata minus, hidung yang lebih mancung dariku, bibir tipis yang melengkung sempurna yang aku biarkan untuk tetap diam saat bersamaku. Aku masih mengingat betul saat kamu menggunakan kemeja warna biru, duduk bedua diantara anak-anak kecil disekitar kita, dan banyak hal lain yang jika semakin aku ingat, semakin membuat dadaku sakit. Aku tak sadar mengapa perkenalan yang tidak pernah kita sengaja ini, sukses membuatku berharap terlalu jauh pada sosok yang sempurna sepertimu.

Bagiku, kesempurnaan adalah beban sangat berat bagi gadis seusiaku. Aku hanya perempuan biasa, kuliah dijurusan yang sangat sederhana, prestasiku juga tak bisa terlalu aku banggakan, hobiku hanya menulis dan berkhayal, hanya itu yang mampu aku lakukan. Sedang kamu? Kamu adalah pria yang luar biasa, yang diceritakan begitu sempurna tanpa cela dalam sebuah drama, kamu seperti pemeran utama yang berjalan anggun; sedang aku hanya gadis lugu yang hanya berani menyapamu melalui mimpi.

Dan, ternyata kamu tidak sejauh matahari, kamu bukanlah bagian dari ilusi yang sering aku ciptakan. Aku semakin jatuh cinta kepadamu. Pada saat siang hari, saat kamu mencium keningku penuh cinta untuk pertama dan terakhir kalinya tanpa aku harus mengemis-ngemis kepadamu terlebih dahulu. kamu datang menghadirkan kenangan yang sulit aku lupakan hanya dalam waktu yang singkat. Aku tidak pernah paham apa yang membuatmu menjauh dariku. Membuatku mengemis-ngemis perhatian dari lelaki yang dulu katanya pernah mencintaiku. Aku tak tahu mengapa hubungan yang awalnya kukira hanya main-main ini ternyata menimbulkan luka yang luar biasa dalam bagiku. Terlebih aku harus pura-pura tidak mengetahui bahwa selama ini kamu tak pernah mencintaiku.

Terlalu cepat jika semua harus berakhir, sedang aku berada dipuncak kecintaannya padamu. Aku lebih baik diam, menikmati kesedihanku sendiri karena kehilanganmu. Selama ini aku hanya berpura-pura bahagia didepanmu, dan selalu mengemis perhatian dari sosok yang cintai. Menyakitkan memang ketika kamu harus mengemis perhatian dan kasih sayang dari seseorang yang dulu katanya pernah mencintaiku. Aku masih ingin berjuang dan mengusahakanmu, tapi mengapa beberapa minggu yang lalu kamu bilang, bawa kamu tak lagi mencintaiku. Mungkin ini tak akan adil untukku, namu apa yang bisa aku tuntut dari seseorang yang tak ada niatan untuk mencintaiku dari awal? Aku bahkan sudah tak punya hak untuk cemburu padamu.

Beberapa minggu terakhir sungguh berat untukku, ditambah lagi pengakuanmu yang mengatakan jika kamu masih mencintai masalalumu. Aku sebenarnya sudah tak tahan, dan menginginkanmu disini menemaniku. Tapi apa dayaku? Mengemis perhatian darimu sudah aku lakukan setiap hari, tapi nyatanya itu tak berhasil meluangkan waktumu untukku. Pertemuan terakhir kita pada tanggal tiga puluh satu desember duaribuempat belas lalu, sebenarnya aku ingin menamparmu, mencacimu, kenapa saat aku membutuhkanku, kamu tak pernah ada. Tetapi tidak demikian untuk masalalumu. Kamu seperti pemadam kebakaran untuk dia yang selalu siap siaga saat dia membutuhkanmu. Tak tahukah kamu pertemuan terakhir kita, aku sedang menyembunyikan sesuatu darimu. Sebegitu hebatnya aku dalam menyembunyikan hal itu, sehingga kamu tidak menyadari akan hal itu. Mungkin kamu sudah tak mengenalku seperti dulu saat kita pertama bertemu.

Aku tidak membencimu. Aku hanya membenci hari-hari tanpamu. Aku tak pernah menyesal pernah mengenalmu. Aku hanya menyesal kenapa aku terlalu cepat mengulurkan tanganku saat kamu tawarkan pengenalan. Aku tak menyesal pernah mengemis-ngemis cinta padamu. Aku hanya menyesal kenapa aku begitu mencintaimu. Aku tak pernah menyesal saat kamu bilang kamu tak mencintaiku. Bukankah seharusnya ketika aku mencintai seseorang, aku seharusnya tidak bertanya apakah dia mencintaiku.

Dari  seseorang , yang berpura-pura tenang dihadapanmu.