Welcome To My Little World. Dont Forget To Leave Any Comment and Come Back Again :)

Senin, Desember 23, 2013

1

Jangan Sakiti Aku (Lagi)

Jelaskan padaku mengapa semua bisa jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil diotakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai menguasai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin aku jatuh cinta. Entah kamu.

Semua kulakukan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang tidak peka tetap saja tidak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap oleh sorot matamu. Aku menyembunyikan banyak hal hingga kau tak memahamo yang sebenarnya terjadi.

Aku tidak bisa melupakanmu. . .sungguh!!! Aku selalu ingat caramu menatapku. Caramu mencuri perhatianku. Tatapan mata mu yang tajam , namun tetap terlihat memesona dalam pandanganku. Hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja diciptakan untuk dilupakan. Tolong buat aku luap dan tolong jangan sakiti aku, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.

Kita jarang mempunyai kesempatan bicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, "Ayok, mau kapan kita nikah? :D." Aku tersenyum  ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu meulisnya tanpa perasaan, hanya untuk menyenangkanku saja.

Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit ditebak, kamu teka teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukan padaku. Aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak hanya kau lakukan untukku. Aku takut mempercayai perhatian sederhanamu yang kamu perlihatkan secara terselubung. Aku takut, sangat takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang ku duga benar adalah hal yang salah dimatamu. Tolong kembalikan aku kejalanku yang dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.

Ketahuilah, Tampan. Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul diotakku, seperti asap rokok yang menggantung diudara; kamu seakan-akan nyata. Aku tak percaya, ternyata kita bisa melangkah sejauh ini. Dan selama ini aku juga, aku tak pernah berani mengatakan suatu hal yang mungkin mengagetkanmu; aku sudah mencitaimu sejak pertemuan pertama kita.


diantara tugas-tugas yang berserakan dikepalaku,
diantara tangisan ku. dan diantara jemari yang mulai lelah
kamu masih menjadi aktor utama untuk tulisanku
aku mohon jangan pergi,

Jumat, Desember 13, 2013

0

Senyata Apakah Kita, Sayang?

Malam ini seperti biasa, aku duduk sendiri dan melihat beberapa kalimat muncul dalam jejaring sosial. Bahkan, aku dengan sengaja menguntit kabarmu dari dunia maya, yang segala sesuatu mungkin bisa terjadi. Aku mengingat kembali pertemuan pertama kita. Ternyata, perkenalan bertahun-tahun tidak menjamin cinta bisa hadir. Juga pesan singkat yang begitu sering tak menjadi bukti, bahwa cinta akan tumbuh tanpa diminta. Dulu aku selalu percaya, bahwa cinta butuh tatp mata, butuh pertemuan nyata. Dan, cinta butuh sentuhan  ringan, mungkin juga pelukan, kecupan. Awalnya aku percaya itu semua, sampai pada akhirnya aku mengenalmu.

Begini, semua hal terjadi tanpa kita minta bukan? Kita juga tak berencana untuk saling mengenal. Semua terjadi. Begitu saja. Tanpa pernah kita mengetahui kelanjutan perkenalan singkat ini. Tulisan adalah modal awal, setidaknya untuk saling mengenal. Aku tahu ini sangat bodoh, terlalu banyak perasaan asing yang mulai meremas dan menguras hari-harimu dan hariku. Ada banyak cerita yang tak mampu dideskripsikan dalam sebuah frasa, karna terlalu sukar untuk dijelaskan.

Karena terbiasa dengan sapaan ringanmu yang berwujud pada tulisan sederhanamu. Karena mulai nyaman pada sapaan di pesan singkatmu.  Aku seperti menemukan satu hal yang selama ini sempat menghilang. Begitu tergodanya aku pada dunia yang tersentuh jemari itu, hingga segalanya berlanjut pada komunikasi yang intensif. Pantaskah aku mencapai titik ini? Terlalu cepatkah jika aku menyebut ini cinta?

Oke, lupakan. Kamu tahu, aku sangat benci berbicara tentang hal yang serius. Seperti yang pernah aku katakan padamu. Have fun! Jangan sedih lagi!! Iya, menghilangkan kesedihan, perasaan yang telah membelenggu kita berdua. Aku dan kamu sedang berusaha menghilangkan kesepian, dan ketika kita bertemu (walau disengaja, karna aku tahu saat itu kamu mau mengurangi rasa bersalahmu waktu itu) ternyata dinding kesepian seperti runtuh perlahan, tanpa pemaksaan.

Benar, kita tak saling memiliki. Benar, semua terjadi seperti mimpi. Benar semua (mungkin) hanya sebuah ilusi. Aku terjebak situasi, dan terlalu percaya bahwa cinta telah hadir ditengah-tengah kita., mengisi sudut-sudut hati yang sempat dingin. Aku menganggap segalanya hanya permainan pada awalnya, yang akan berakhir; entah akan berakhir dengan akhir yang aku suka atau tidak. Namun, sayang, bukankah ini akhir yang kamu buat untuk permainan sederhana yang membingunkan kita. Aku pasrah saja pada keinginanmu.. untuk melanjutkan atau mengakhiri segalanya. Dan, kamu memilih untuk mengakhiri permainan kita, iya kan sayang? Andai jemariku bisa mengendalikan skhir dari permainan ini. Mungkin aku yang jadi aktris utama untuk cerita kita.

Jika semua hanya permainan, jika semua hanya berkaitan dengan instan, tapi mengapa kau seperti memerhatikanku dengan perhatian yang mendalam? Apabila semua hanya ilusi, mengapa kau selalu datang kesana kemari? Apakah ada hal spesial yang membuatmu terus ingin berlari kearahku? Tapi, mengenaskan juga jika aku terus memperlakukan ini dengan serius. Dan, ternyata kamu memang seedang bermain-main, sedang meloncat dari satu hati ke hati lainnya.

Sungguh, aku tak percaya tentang cinta tanpa tatapan mata juga tanpa genggaman tanga yang saling bersinggungan. Tapi, entah mengapa, aku selalu merasa takut kehilanganmu...

Minggu, Desember 08, 2013

1

Untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah membaca ini



Malam ini memang berbeda dari malam-malam lainnya, aku mencoba menulis ini, meskipun aku tahu, kau tak akan membaca ini. Ini tentang kita, atau lebih tepatnya aku dan kamu, yang terkadang harus tanpa kita. Meskipun aku sangat mengharapkan ada kata kita diantara aku dan kamu. Saat hujan mulai membasahi jalanan yang sepi, aku kembali mengingatmu yang dulu. Entah kenapa aku teringat tentang pertengkaran-pertengkaran kita dulu. Aneh memang, tak biasanya aku mengingat tentang hal buruk yang pernah terjadi dulu. Mungkin tidak aneh jika kau bilang aku ini sangat suka mengungkit masa lalu. Tapi, apakah kau pernah berpikir jika masa lalu memang lebih indah daripada hari ini? Aku tak pernah tahu. Sampai kapan aku harus menyembunyikan  perasaanku ini pada semua orang, aku lelah harus berpura-pura kuat didepanmu dan dihadapan orang lain. Apakah kamu sadar bahwa selama ini aku hidup didalam kepura-puraan dengan menutupi masalah yang ada.

Mungkin, saat ini memang aku harus jujur tentang perasaanku, tentang air mata yang aku keluarkan untuk pria berotak batu sepertimu. Aku mencintaimu. Aku tahu bahwa selama ini kamu tahu jika aku mencintaimu, tapi kamu seolah-olah tidak tahu dan mendiamkanku. Ahh.. Sudahlah. Aku tak ingin membahas ini lagi. Karena malam ini aku akan berkata jujur denganmu, tentang perasaanku saat kita bertengkar dan saat kau menyalahkanku. Aku tak pernah ingat pasti, kapan pertengkaran pertama kita dulu. Tapi, aku masih ingat, bagaimana sakitnya ketika orang yang aku cinta membela orang lain. Bagaimana laranya, orang yang selalu aku percaya tutur lembutnya menyakitiku dengan cara paling sempurna.

Hari itu, Aku bosan ketika bangun pagi hari hingga tidur malamku selalu diisi pertengkaran kecil dan bahkan pertengkarang besar. Dimana kamu selalu ingin menjadi pemenang, dimana kamu selalu ingin menjadi aktor utama. Sementara aku, hanya menjadi pemain figuran yang tidak berhak melawan, posisiku hanya seseorang yang pasif yang mencoba mengerti semua perlakuanmu walaupun ada banyak gejolak untuk melawan. Seharusnya, malam itu aku tak pernah membuka pesan singkatmu kepada temanku. Pada saat yang bersamaan kamu bisa menjadi dua orang yang berbeda, Kau ketus terhadapku, tapi dilain sisi kau menjadi orang manis untuknya. Tapi tidak saat kau marah terhadap orang lain, namun aku juga harus menanggung kemarahanmu atas orang lain. Aku memang tempat sampah, "tempat" dimana kamu, sesuka hatimu menumpahkan segala kekesalan dan amarahnya saat kamu merasa lelah dengan duniamu. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu saat itu, kamu orang yang aku percaya dengan mudah menusukku dari belakang. Malam itu, aku menangis sejadinya, aku melihat semua pesan singkatmu yang menyakitkan itu dan aku mencoba menghubungimu. Namun kau tak mau menjawab dan hanya mengirim pesan singkat yang masih aku ingat sampai saat ini.
            Dari 085740997xxx
            Terimakasih sudah membuatku tidak tidur. Puaskah?

            Untuk 085740997xxx
            Terimakasih juga sudah menyakitiku. Aku sudah membaca semuanya..

Aku tahu saat itu kamu sedang ujian, dan kamu perlu tahu aku menangis lagi saat aku harus berbohong jika semuanya akan baik-baik saja. Mungkin kau tak peka terhadap  perasaanku. Dan mungkin aku juga tahu, kamu bersikap manis terhadapku hanya untuk mengurangi rasa bersalahmu padaku. Aku suka saat itu, untuk pertama kalinya aku bisa memeluk erat dirimu dalam mimpi indahku.

Andai kamu tahu, kamu benar-benar menyakitiku dan kenapa aku dengan mudah memaafkanmu? Memaafkan seseorang yang tak pernah pantas dengan kata maaf yaang hanya dimulut. Apa kamu tahu, bahwa menjadi aku bukanlah hal yang mudah.

 Ingin rasanya kembali ke masa lalu, ketika masih ada kamu, ketika aku masih bisa tersenyum saat bangun pagi karena pesan singkatmu.

Malam ini, aku masih saja memerhatikan nomor handphone mu, menimbang-nimbang. Apakah aku harus mengirim pesan terlebih dahulu atau aku harus menunggumu? Ahhh... Tapi kamu terlalu sibuk, bahkan hanya untuk sekedar sms, apalagi menanyakan kabarku. Kali ini, aku tak merasakan kantuk sama sekali, rasa kamtuk itu tak benar-benar berarti sampai aku menulis ini, sampai aku bisa menikmati hadirmu lewat tulisanku.

Terimakasih untuk percakapan singkatnya pada tanggal tiga puluh oktober duaribu tiga belas. Meskipun kau takakan membaca ini, kau tahu. Aku mencintaimu..

Selasa, Desember 03, 2013

1

Just A Quote I Altered For Myself

"Bien que mon amour soit fou,
Ma raison calme les trop vives douleurs de mon coeur.
En lui disant de patienter, et d'esperer toujours."
                -Un erotomane internee pendant plus de cinquante ans!
Translation:
"Though my love is insane,
My reason calms the pain in my heart.
It tells me to be patient and keep hoping."
                -An erotomanic confined for over two years!

Though my love is insane,
My reason calms the pain in my heart.
It tells me to be patient and keep hoping.

When I think of you, my heart flutters
Dreaming my way into your arms
Knowing nothing is ever going to happen...

Wanting to hold you ever so close...
Watching you walk her to her door...
Crying when you kiss her as you did me...

The idea of insane love, touching
Going crazy over a person...crazy
Playing for eternity with one person...

The pain in my heart is calmed when I get a reason
The phone call, just turned my heart upside down
I know that you'll come back to me...someday.

I'm not good at being patient or hoping...
But I'll do it, if it means reattaching with you
Being just another crazy love sick puppy!

Senin, Desember 02, 2013

1

Dua Tahun. Tanpamu..

Tidak disangka, sudah hampir dua belas bulan sejak aku dan kamu memilih pisah. ternyata, selama setahun ini, segalanya memang terasa tak lagi sama seperti dulu. Aku dan kamu memilih berjauhan, sebenarnya tak saling, karena kau yang memilih pergi terlebih dahulu. Disini, aku cuma mengimbangi saja, cuma menerima kamu yang sudah jauh berbeda dari pertama kita bertemu.

 Memang, semuanya masih berjalan seperti biasa.  Aku masih bernafas, dan aku selalu menunggu pesan singkat darimu.. Tapi, apakah yang terlihat sama oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati? Lucu sekali sepertinya jika aku berkata, semuanya sudah baik-baik saja semenjak kejadian setahun lalu.. Selama ini dua belas bulan ini, tentu saja ada yang datang dan pergi. tapi, entah kenapa aku tak berani membuat hubungan baru. Aku tahu kau sudah punya penggantiku. Betapa mudah bagimu, sayang, untuk melupakan sesuatu. Aku iri padamu, aku juga ingin sepertimu yang mudah bahagia tanpa melibatkan masa lalu. Atas izin Tuhan, sekarang aku bertemu dengan seseorang yang tak setampan kamu, berkulit sawo matang, dia memang suka anime sepertimu, tapi dia tak suka permainan kartu yu-gioh sepertimu, rambutnya memang tak setebal kamu, dan tatapan matanya tak seindah tatapan matamu. Bayangkan, sayang, aku masih saja membandingkan pria lain dengan dirimu.. Entah sejak kapan postur tubuhmu yang begitu kuingat hingga menjadi patokanku untuk mencari penggantimu. Aku ingin menghadirkan sosok dirimu dalam tubuh yang baru.

Tanggal 2. Kita kembali kedalam angka yang menunjukan hari dimana kita memulai hal yang sungguh aneh.. Seberapa pentingkah tanggal dua? Mungkin memang tak penting bagi orang lain yang tak memiliki hal spesial di tanggal dua. Seharusnya di awal bulan seperti ini, banyak harapan-harapan  yang baru. Tapi terkadang juga tidak ada yang baru. Aku hanya ingin kau tahu, tak semua yang baru menjamin kebahagiaan. Dan yang kau sebut masa lalu tak selalu menghadirkan tangisan.

Kita berpisah tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi. Seperti katamu menang. jika kamu mencintaiku, kamu tetap berusaha tetap bersamaku. Namun kini, semuanya sudah berbeda. Aku pikir yang kita lalui dulu sudah menjadi bukti jika kamu membutuhkanku. Semua menyatu dalam rasa (yang orang sebut) cinta.

Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu. Kita habiskan waktu, dengan langkah yang sama, dengan denyut nadi yang sama. begitu sempurna, tanpa cela tanpa cacat. Dan kamu tahu, aku bahagia. Bahagia? Benarkah kamu dan aku benar-benar bahagia? Jika iya, kenapa kita memilih perpisahan dengan cara terkonyol seperti ini.

Kegelisahan ku mulai meningkat, ketika aku memikirkanmu, ketika aku memikirkan pola makanmu yang amburadul dan kesehatanmu yang aku ragukan.. Aku bahkan sering mencari tahu kabar, dan aku masih saja merasa sakit jika tahu sudah ada yang lain, yang mengisi  kekosongan hatimu.

Ternyata, hari berlalu dengan cepat. Sudah dua tahun sejak awal perbincangan aneh kita, sudah setahun pula aku selalu menunggumu.. Dan, sudah tak terhiting berapa banyak frasa yang sudah aku buat untuk mendiskripsikan kamu. Ini semua salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani.

Hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang untuk melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukan. Padahal, aku masih menjalani hari yang sama.

jika jemari ditakdirkan untuk mengahpus air mata, mengapa kali ini aku harus menghapus air mataku sendiri? Dimanakah jemarimu saat tak bisa kau hapuskan air mataku?



2 Desember 2011-2  Desember 2013
Selamat (gagal) dua tahun.
Jika kau rindukan kita yang dulu, aku pun juga begitu

Rabu, Oktober 23, 2013

0

Tentang Aku, Kamu dan Tanpa Kita



Ini bukanlah hal yang pertama ku lakukan, duduk sendirian dan memerhatikan statusmu yang berlalu lalang d social media. Setiap kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat, dan aku tak pernah tahu kenapa engkau selalu berada disana, berada dalam setiap bait tulisanku yang sebenarnya enggan aku baca dan aku definisikan lagi. Ini bukanlah sesuatu hal yang baru untukku, duduk berjam-jam tanpa merasakan kehangatan perhatianmu melalui pesan singkat. Mungkin, kekosongan dan kehampaan yang menemaniku sudah berganti beberapa wajah sejak tadi, namun aku tetap diam, mencoba tak memperdulikan keadaan. Karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati muda.

Tentu saja kamu tak merasakan apa yang aku rasakan, kamu juga tak memiliki rindu yang tersimpan sangat rapat. Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, meski pada akhirnya kau mengetahuinya. Tapi percayalah, aku tak ingin mengganggumu. Bukankah berjauhan seperti ini, semua akan terasa lebih baik? Seakan-akan aku tidak peduli, seakan-akan aku tidak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki rasa perhatian. Untukku seperti ini sudah cukup, cukup aku, kamu dan tanpa kita.

Kali ini, aku tidak akan bercerita tentang kesepianku atau bercerita tentang hal yang mungkin saja sulit kau pahami. Karena aku sudah tahu, kamu sangat sulit untuk diajak basa-basi jika itu menyangkut diriku. Aku yakin, kamu akan menutup semua telingamu dan mengeraskan volume lagu-lagu yang bernyanyikan tentang perempuan yang sangat kau cintai.  Aku tak pernah tega untuk membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kau maki dan kau benci. Seperti saat dulu aku berbicara rindu, kau malah menertawakanku. Seperti dulu saat kita masih bersama, aku berusaha menghiburmu dengan bernyanyi, namun kau tulikan telingamu.

Hanya sebuah cerita sederhana yang mungkin tak mau kau dengar sebagai pengantar tidurmu. Kau tak suka jika aku menceritakan tentang air mata yang aku keluarkan untukmu bukan? Bagaimana jika ku ganti air mata dengan senyum pura-pura? Tentu saja, kau tak ingin melihatnya. Sejauh yang aku tahu tentang dirimu; kau tidak peka; kau angkuh dan sombong. Dan mungkin saja sifat lamamu yang buruk ini masih sama, walaupun kita sudah berpisah sangat lama dan sudah lama tidak berkirim kabar.

Akhir-akhir ini aku kembali merasakan sepi sekali. Aku seperti mendengar suara ku yang selalu menyebutkan namamu. Namun, aku masih saja heran. Dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat aku lewatkan kisahnya. Tentang kita. Ah….. sudahlah, pasti kamu sekarang sedang membuang muka. Tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang sangat samar terlihat. Aku juga tak ingin mereka-reka senyummu yang sudah tak seindah dulu.

Wajah baruku bisa kau lihat sendiri, terlihat lebih baik dan lebih hangat daripada saat awal perpisahan kita. Berbicara mengenai perpisahan, benarkah kita berpisah? Benarkah kita saling melupakan? Jika memang ada kata ”saling” namun kenapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? Dan, kenapa tak ada alasan untuk tidak berbagi? Dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani. . . menjalani sesuatu yang aku sendiri pun tidak tahu harus menyebut semua ini apa. Tapi dulu kau terkadang mencariku. Terlalu tololkah jika ku sebut ini belahan jiwa? Keterikatan kamu dan aku tanpa ada status, tapi jiwa kita, napas kita, kerinduan kita; memiliki  denyut dan detak yang sama.


Tak usah dibawa serius mas, hanya bebrapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah sejak lama datang menghantui. Sejak kamu tak lagi menemani hariku, sejak aku dan kamu memilih jalan sendiri-sendiri, aku malah sering bermain-main dengan sepi, sulit untuk dipungkiri.

Hitungan bulan lagi tanggal 2 Desember. Ingat apa saja yang sudah kita lewati selama 2 tahun terakhir?

Saat dulu aku dan kamu menjadi kita. Indah. Bahkan terlalu indah. Tapi, masa lalu, dulu. Sudah ku bilang sejak awal kan, “dulu" memang menyenangkan.




Senin, Oktober 07, 2013

0

Jika Aku Gadis Berkacamata Itu



Dipenghujung hari seperti ini, kebanyakan perempuan pada umumnya sudah berada ditempat ternyaman dan menarik selimutnya sampai menutupi bahu. Tentu saja ini salahku, jika sampai saat ini aku belum bisa untuk memejamkan mata, aku selalu sulit untuk menemukan kantuk akhir-akhir ini. Entahlah, aku tak tahu, mengapa sekarang sulit sekali mencari kantuk, sama seperti halnya memahami ingin mu.


Saat menulis ini, aku baru saja memperhatikan ini statusmu bersama seseorang yang tak pernah kukenal. Seseorang yang kau suka, seseorang yang nampak mesra denganmu, dalam tutur kata, entah dalam dunia nyata. Aku sering menebak-nebak dan karna teka-teki inilah aku jadi terluka parah. Seharusnya tak perlu ku ikuti rasa ingin tahuku ini. Seharusnya aku tak perlu lagi mencari-cari kabarmu dari sudut maya, tempat segala kemesraan bisa terjalin tanpa ku tahu, apakah itu nyata atau drama belaka.

Entah dari mana aku harus menceritakan ini semua, aku selalu salah dihadapanmu. Bahkan disaat aku benar pun, aku selalu salah. Seperti malam ini, aku tak pernah paham bagaimana hubungan kita sesungguhnya. Aku pikir ada yang salah, ungkapan perasaan kita hanya sebatas sindiran status. Dewasakah kita? Tidak Tuan, kita hari ini layaknya anak kecil yang sedang mengadakan perang.. Aku tak memulainya, Aku hanya membenarkan sesuatu yang salah dengan caraku. Tapi, sesuai permainan mu Tuan, sekali lagi kau benar. Kau lagi-lagi membela orang yang kau suka dan memojokkan aku sebagai orang yang salah. Seharusnya kau tahu Tuan, mana yang benar dan mana yang salah.


Entah kenapa selang beberapa menit setelah adu argumentasi alot kita, kamu membuat status yang merendahkan ku. Aku tak pernah tahu, kenapa hanya kenangan buruk tentang kita yang kamu ingat. Dan kenapa aku hanya mengingat kenangan manis tentang mu. Ini tak adil bagiku, aku berusaha tak mengganggu hari mu, aku tak pernah membuat masalah terhadapmu sejak malam terakhir aku mengirimkan text pengakuanku. Aku juga tak marah saat kau mulai berkencan dengan wanita lain. Aku sadar diri Tuan, kamu hanya ilusi ku yang paling tinggi. Aku hanya bisa menulis tentangmu, memimpikan mu, dan melihatmu dari kejauhan. Masihkah itu mengganggu hidupmu?

Aku tak pernah mengerti, apa alasanmu membenciku. Ini terbalik Tuan, seharusnya aku yang mempunyai seribu alasan untuk membencimu. Kau bukan saja merusak impian kecilku untuk masuk Universitas yang aku mau, tapi kau juga membuangku kedalam kehidupan yang aku tak pernah inginkan sebelumnya. Kau jugalah yang membuatku seperti ini, menangis setiap malam tanpa henti hanya untuk orang sepertimu Tuan. Kau tahu mengapa aku selalu memaafkanmu lagi dan lagi? Karena aku percaya selalu ada pembelajaran dari setiap kesalahan, bahkan yg terburuk. Tapi sayang, kau tak pernah sadar dan mengerti Tuan.

Kau bisa saja mengatakan aku ini pembuat masalah, aku ini suka sekali memojokkan orang yang tak aku suka.. Tapi sekali lagi, tahu apa kau tentang aku Tuan? Kau saja tak ingat ulang tahunnku, untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukku pun kau tak mau. Lalu, bagaimana bisa kau menghakimi ku seperti itu? Seolah-olah kau ini Tuhan. Kau tahu, siapa pemberi kado sketch book itu? Kau tahu, siapa orang yang selalu kau buat menangis? Aku Tuan, aku orang nista yang mengirimkan kado itu, aku juga yang kau caci maki disetiap statusmu. Aku mungkin memang nista dihidupmu Tuan, selalu mengganggumu, selalu berilusi tentangmu. Bahkan saat aku menulis ini, aku berilusi kau menyeka air mataku. Lucu kan? lantas, kau tau siapa orang yang selalu aku gambar wajahnya? Kau tahu siapa orang yang selalu aku banggakan dihadapan teman-temanku? Kau tau, siapa orang yang aku tuju setiap aku menulis surat cinta? Kamu, Iya kau Tuan.

Ini sungguh terbalik, Seharusnya aku yang memakimu, seharusnya aku yang membuangmu, seharusnya aku yang membencimu setengah meti seperti ini. Kau tak pernah tau rasanya jadi aku, orang yang tertekan setiap hari, orang yang menyembunyikan rasanya untuk melihat orang lain bahagia. Orang yang suka rela kau hina, kau caci dan kau maki.. Dan orang yang selalu berkata, aku baik-baik saja saat semua yang berantakan.. Aku juga orang yang kau hancurkan hatinya dan masih bisa tersenyum esoknya. Aku menutupinya, cukup kamu dan hanya dengan bayang mu aku berbagi rasa..

Saya cuma butuh kamu, bukan benar-benar ingin memilikimu. Saya cuma jatuh cinta padamu, bukan berniat mengganggu harimu. Maaf, aku sama sekali jauh dari kata sempurna Tuan, aku bukan gadis berkacamata itu. Gadis yang selalu kau gambar, dan gadis yang selalu kau banggakan.. Aku ini hanya seseorang sampah menurutmu, seseorang yang berguna jika saat kau kesepian. Kau dan aku tak pernah bisa didefinisikan. Dan meskipun kita takkan pernah menjadi nyata, tapi aku tahu perasaan ini lebih dari nyata.. Aku mencintaimu dalam perih, meski kau melukaiku, meski kau membuangku. Aku menyayangimu wisnu abimawan.. semua masih sama seperti saat kau menatap mataku setahun lalu, 16 agustus 2012

Minggu, September 29, 2013

0

Just Give Me A Reason-Pink ft Nate Ruess

Right from the start
You were a thief
You stole my heart
And I your willing victim
I let you see the parts of me
That weren't all that pretty
And with every touch you fixed them

Now you've been talking in your sleep, oh, oh
Things you never say to me, oh, oh
Tell me that you've had enough
Of our love, our love

Just give me a reason
Just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent
And we can learn to love again
It's in the stars
It's been written in the scars on our hearts
We're not broken just bent
And we can learn to love again

I'm sorry I don't understand
Where all of this is coming from
I thought that we were fine
(Oh, we had everything)
Your head is running wild again
My dear we still have everythin'
And it's all in your mind
(Yeah, but this is happenin')

You've been havin' real bad dreams, oh, oh
You still lie so close to me, oh, oh
There's nothing more than empty sheets
Between our love, our love
Oh, our love, our love

Just give me a reason
Just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent
And we can learn to love again
I never stopped
You're still written in the scars on my heart
You're not broken just bent
And we can learn to love again

Oh, tear ducts and rust
I'll fix it for us
We're collecting dust
But our love's enough
You're holding it in
You're pouring a drink
No nothing is as bad as it seems
We'll come clean

Just give me a reason
Just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent
And we can learn to love again
It's in the stars
It's been written in the scars on our hearts
That we're not broken just bent
And we can learn to love again

Just give me a reason
Just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent
And we can learn to love again
It's in the stars
It's been written in the scars on our hearts
That we're not broken just bent
And we can learn to love again

Oh, we can learn to love again
Oh, we can learn to love again
Oh, oh, that we're not broken just bent
And we can learn to love again
0

September-Daughtry

How the time passed away? All the trouble that we gave
And all those days we spent out by the lake
Has it all gone to waste? All the promises we made
One by one they vanish just the same

Of all the things I still remember
Summer's never looked the same
The years go by and time just seems to fly
But the memories remain

In the middle of September we'd still play out in the rain
Nothing to lose but everything to gain
Reflecting now on how things could've been
It was worth it in the end

Now it all seems so clear, there's nothing left to fear
So we made our way by finding what was real
Now the days are so long that summer's moving on
We reach for something that's already gone

Of all the things I still remember
Summer's never looked the same
The years go by and time just seems to fly
But the memories remain

In the middle of September we'd still play out in the rain
Nothing to lose but everything to gain
Reflecting now on how things could've been
It was worth it in the end

We knew we had to leave this town
But we never knew when and we never knew how
We would end up here the way we are
Yeah we knew we had to leave this town
But we never knew when and we never knew how

Of all the things I still remember
Summer's never looked the same
The years go by and time just seems to fly
But the memories remain

In the middle of September we'd still play out in the rain
Nothing to lose but everything to gain
Reflecting now on how things could've been
It was worth it in the end
0

Thou

kamu..

kamu yang mengajariku arti kehadiran,
kamu yang mengajariku untuk takut kehilangan,
kamu yang menantang ego ku untuk melihat senyum mu..

Kamu

Yang selalu aku tulis namanya dibalik awan,
Yang selalu menantang maut ku untuk mengejarmu,
dan cuma kamu yang membuat ku takut
Bahkan sangat takut untuk meninggalkan mu..

Kamu...

Seperti angin yang terbang sangat tinggi,
Bahkan terlalu tinggi untuk aku jangkau,
Tapi Tuhan bisa menjangkau mu kan?

Kamu..

Untuk mu kini aku dedikasikan sebuah lagu..
Lagu untuk nona senja yang setia menanti tuan ufuk disetiap akhir petang,
Menanti setiap jawaban yang ditunggu,
Menanti yang tak kunjung pasti..

Kamu...

August 30, 2013 19:19
Imissyou WA

Jumat, September 27, 2013

0

Pelangi dibelakang Hujan

Aku pikir, aku sudah benar-benar melupakanmu.. Benar-benar melupakan semua tentangmu.. Aku kira, aku sudah siap untuk menerima cinta selain kamu. Aku yakin, aku bisa membuka hatiku untuk seseorang yang mampu membuat-ku bahagia. Setiap hari aku berusaha untuk mematikan semua tentangmu. Setiap hari aku berusaha keras agar aku bisa melupakan-mu. Segalanya memang tidak mudah karena perjuangan ku masih berlanjut sampai sekarang. Tak mudah memang mematikan perasaaan yang sudah tumbuh hampir dua tahun.. Kamu sudah menjadi bagian dari hari-hari ku. Hampir setiap hari aku memandangi foto mu didalam derat album foto ku. Perubahan yang terjadi membuat aku sulit menerima bahwa langkah kita sudah tak lagi sama. Aku selalu berusaha untuk menyamakan langkah kita, tapi kamu selalu membuat ku jatuh dan memilih berjalan sendiri.. Aku melihat mu setiap hari, dan tentu kamu tak pernah melihatku. Menganggap bahwa kita tak pernah punya perasaan special sungguh bukan hal yang mudah bagiku.

 

Apa saja yang sudah pernah kita lakukan selama rentetan bulan kebersamaan kita. Aku juga tak pernah tahu apakah aku dan kamu bisa disebut mempunyai hubungan atau tidak. Semua berjalan tanpa ada kepastian dan ketidakjelasan. Penyatuan kita pun selalu gagal, mungkin lebih tepatnya kau tak mau memberikan sebuah kejelasan. Mungkinkah dulu hanya aku yang mengharapkan sebuah kejelasan?

 

Kamu berbeda dari lainnya. Kamu humoris, apa adanya, baik hati dan misterius. Wajahmu bukan lukisan seniman dunia ataupun buatan pabrik ternama yang jelas-jelas sempurna. Aku tak memikirkan bagaimana penampilan mu dan bagaimana kau menata rambutmu. Bukan-kah aku selalu bilang padamu, kau mengagumkan apa adanya. Kamu sulit ditebak tapi begitu manis dalam beberapa hal. Kamu humoris dalam keadaan yang dingin. Aku mencintaimu dan sampai sekarang pun masih. Sadarkah kamu??

 

Berbulan-bulan kulewati dengan banyak pertanyaan yang sama. Apakah perasaanmu sedalam yang aku harapkan? Apakah kamu akan mencintaiku? Atau mungkin kita akan kembali lagi bersama suatu saat nanti? Aku terkadang menangkap sedikit isyarat itu. Kamu selalu mengajakku bicara dalam percakapan manis kita dipesan singkatmu. Kamu menghangatkan-ku ditangah dinginnya malam dengan senyuman kecilmu. Lalu bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal-hal spesial yang sempat kulewati bersamamu?

 

Sudah beberapa bulan ini kita tak bersama, kau bisa dengan mudah melupakan segalanya. Kebersamaanmu dengannya sudah cukup menjawab semua. Aku bukanlah sosok yang kamu inginkan. Aku bukan sosok yang kau harapkan. Menyakitkan bukan jika keberadaanku tak pernah kau anggap meskipun aku selalu hadir ditatapan matamu? Aku berusaha semampuku untuk membahagiakanmu, namun mungkin usahaku tak begitu terlihat dimatamu.

 

Dulu, kita banyak bercanda, kini banyak sepi. Setiap hari aku berusaha untuk menerima kenyataan dan perubahan yang terjadi diantara kita. Aku meyakinkan diriku, bahwa suatu saat nanti aku bisa melupakan-mu. Entah, aku harus berdarah untuk melupakanmu. Aku masih berusaha. Ketika melihatmu dengannya, ada luka hati yang tergores lagi. Kau belum benar-benar ku miliki, namun kenapa sesakit ini?

 

Pertemuan kita terakhir kali seperti semangat yang kembali menemukan disudut dingin dan gelap dihatiku. Aku selalu menyanyikan lagu patah hati yang kuharap bisa sampai ditelingamu. Aku menemuimu dicafe langgananmu dan menemukan sosokmu sedang duduk termenung. Aku melihatmu meski kau tak pernah melihatku..

 

Seketika kau tersenyum tanpa sebab. Sederhana sekali untuk ku. Ternyata, dari banyak pengabaianmu daan rasa sakit yang kau tularkan; aku masih bisa mencintaimu..

 

 

Jumat, September 13, 2013

0

Dari: Seseorang yang Pengecut

Taman Siswa, 13 Sepember 2013

Untuk mu, Pria yang namanya selalu aku tulis disetiap lembar buku ku :)

Mungkin surat ini tak akan pernah sampai dan tak akan pernah kamu baca. Mungkin saja surat ini akan usang oleh waktu dan tenggelam bersama kenanganku. Atau mungkin surat ini akan lenyap oleh banyaknya perhatian yang tertuju padamu? Siapa lagi kalau bukan dari para pengagum mu yang selalu kamu banggakan keberadaanya. Siapa lagi kalau bukan mereka yang sudah kau patahkan hatinya?

Aku memang tak pernah berharap kamu akan membalas surat yang aku buat ini.. Karena bagiku, aku sudah sangat bahagia jika kamu membaca surat ini. Dan rasa bahagia ku bertambah jika ada sebuah senyuman yang terbentuk manis dibibir mu ketika kamu membaca ini. Mungkin ini akan lebih baik daripada pengabaian dan tidak dibaca sama sekali.. Lupakan siapa yang membuat surat lancang ini padamu. Lupakan siapa penulis surat yang sudah gila ini! Aku bukan salah satu pengagum rahasia mu! Dan aku bukan salah satu daftar orang yang pernah kau patahkan hatinya. Aku adalah seseorang yang memperhatikan mu dari jauh dan masih memperhatikan mu saat kamu tak pernah lelah mencaci-maki ku dengan semua kata kasar mu.

Untuk mu, Tuan Egois yang selalu masuk kedalam setiap mimpiku.

Maaf semua maaf yang aku ucapkan pada mu sepertinya tidak sepadan dengan apa yang sudah aku lakukan padamu.. Maaf jika aku sudah membuat ilusi yang sangat nyata tentang mu. Menggambarkan pria yang tak pernah menggambar ku dibuku gambarnya. Hahaha, aku hanya tertawa kencang sekali dengan menyembunyikan segala luka hati yang pernah kau buat... Kau ingat percakapan WhatAppss kita sebelum kau marah padaku? Aku pernah bilang kan "Dari semua gambar mu pasti ga ada satu pun gambar dia." Kamu hanya menjawab "Kenal aja enggak." Hatiku hanya terdiam mendengar sesuatu yang membuatku begitu sakit hati.. Selama ini,  apakah aku hanya seorang yang selalu menganggu hidupmu? Senista Apaka aku dihadapan mu? Aku mencintai mu.. Apakah aku salah dan berdosa jika aku mencintaimu?

Jangan tanya kenapa aku selalu berusaha kembali masuk ke kehidupanmu. Aku hanya ingin menjadi sesuatu yang penting untuk kehidupanmu. Aku merindukan mu! Dosakah aku? Jangan tanya kenapa aku menulis semua ini. Ini hanyalah sebuah ilusi hatiku yang tak pernah kau tahu..

Untuk mu, Tuan yang sangat keras kepala.

Harus berapa kali aku harus mengingatkan mu tentang pola hidupmu yang semrawut ini? Aku takut.. Sekali lagi aku takut untuk kehilangan senyum mu yang teduh itu. Senyuman yang selalu membuat aku bahagia. Maaf kan aku yang selama ini secara diam-diam menyimpan memori yang begitu besar tentangmu.. Terutama aku selalu mengingat senyum mu yang pernah ku lihat langsung saat kau masuk kerumahku. Begitu damai san menenangkanku. Aku terhipnotis olehmu..

Masih ingatkah kamu pada tanggal 05-Mei-2013. Mungkin pada saat itu aku sudah menjadi sampah dalam kehidupanmu. Dibuang, dicaci. Tahukan kamu bagaimana perasaanku? Mati Suri! Kamu sudah terlalu lama tinggal dihatiku. Dan selama itu pula kamu selalu berulang kali menyakitiku. Aku selalu berdamai dengan keadaan yang kau buat, menutupi segala salahmu. Dan berpikir jika kamu selalu benar.. Bisakah kamu menilik sedikit. Sejauh mana kamu melukai hatiku? Apakah meminta maaf sudah cukup membuatmu kembali merasa benar dan menyakiti ku lagi? Kau ingat saat kau menyakiti hatiku? Mungkin kau khilaf, mungkin kita kurang berdialog, mungkin, mungkin dan mungkin yang lain. Entahlah..

Untuk mu, Tuan yang terlalu angkuh untuk mengingatku..

Ingatkah kamu saaat kamu mengirimkan sms pada ku dan berkata "Maaf aku gak bisa nemenin kau terus." Hatiku sedikit berharap aku adalah tujuan terakhirmu. Atau mungkin saat kamu berkata "Kamu mau kemana." Seakan-akan kamu mencegah ku untuk pergi. Atau mungkin saat kamu mencariku. Aku sangat senang mengenalmu Tuan yang egois dan angkuh. Aku merindukan mu sungguh.

Saat ini aku masih mengingat detailmu yang selalu membuatku tersenyum sendiri saat aku mengingatmu. Aku idoit, aku bodoh dan seperti katamu aku oneng. Hahahahah, tapi percayalah aku tak pernah berbohong soal aku menyanyangimu dan semua sms ku yang mengatakan "I miss you so much."

Untuk mu, Yang selalu menang dalam setiap perdebatan kita.

Meskipun kau buang di tempat tergelap, terjauh, bahkan terburuk, perasaan ini selalu menemukan jalannya kembali padamu.. Sekali lagi aku meminta maaf padamu jika ini memalukan mu. tapi hanya ini yang bisa membuatku sedikit bernafas lega. Jangan tanya apa yang keluar dari mataku saat ini. Semua sudah aku lakukan. Aku masih jadi orang yang sama, yang menunggumu tak sibuk untuk bercerita tentang bagaimana harimu. Sayangnya yang kau mau sudah tak sama..

Untuk mu, Pria yang merasa sedih dihari ulang tahunku..

Cukup disini Tuan, aku tak mau sakit ini berkepanjangan. Bagiku dari semua hal ini aku mencintaimu. Aku menyanyangimu.

22:31
with love

A loser