Matahari
mulai turun kearah barat, dan aku masih saja menunggu lelaki yang biasanya aku
tunggu ditempat ini. Tempat dimana kita menumpahkan semua pikiran kita bersama.
Tempat yang selalu saja bisa membuatnya tersenyum ketika dia mengingatku. Aku
selalu bertingkah konyol dihadapannya, sedang dia adalah lelaki yang sangat
mengerti bagaimana berpikir secara rasional. Seharusnya, dua puluh menit yang
lalu dia keluar dari tempat ibadahnya, lalu menemuiku sejenak dan kita
beriringan menuju tempat ibadahku. Tetapi hari ini, dia sama sekali tak nampak
keluar dari tempat ibadahnya. Aku masih menunggumu, Mas.
Saat matahari sudah pergi menyinari
bumi, aku berjalan seorang menuju tempat ibadahku tanpa dirimu. Aku mengingatmu
dalam sepi. Senyap. Saat aku selesai beribadah, aku selalu merapalkan doaku
untuk kita. Aku juga selalu berdoa untuk kebahagiamu kepada Tuhanku, agar
diamankan, agar didengar, agar diaminkan, lalu dikabulkan oleh Tuhanmu. Terkadang,
aku berpikir apakah aku termasuk kebahagiaanmu atau tidak. Setidaknya, jika aku
menjadi salah satu penyebab kebahagiaanmu, Tuhan tak akan pernah memisahkan
kita. Saat aku keluar, aku melihat kembali tempat kita sering bercengkrama
akrab dengan perbedaan kita. Kosong.
Kemarin, saat kita memperbincangkan
tentang mengapa selalu ada degup jantung yang cepat saat jatuh cinta, namun
selalu ada nyeri dada yang tak kunjung reda saat nestapa. Tentang mengapa yang
jauh bisa berada dalam ingatan, lalu yang dekat bisa jadi penyebab kebencian. Tentang
mengapa kupu kupu terbang diperut saat senang, namun mati seketika saat logika
berucap jangan. Ada terlalu banyak mengapa ketika kau mencintai yang tidak bisa
dijalani. Ini tentang aku, kamu, dan tentu saja tentang kita. Berjejeran
perbedaan yang tak dapat dipisah, meskipun kita mencoba mengurai yang ada
dengan segenap cara. Tentang persamaan yang banyak perbedaan, tentang mendung
yang suka sekali menaungi masa depan. Cobalah aku jelaskan mengapa.
Kita adalah cucu adam yang mempunyai
perasaan yang sama, kita adalah manusia yang saling jatuh cinta. Kau adalah
romeo dan aku Juliet. Tau bagaimana cara kerja sistem endokrin dalam tubuh? Sistem
endokrin terjadi saat hormon dikirim ke dalam aliran darah lalu memenuhi setiap
aliran aliran terkecil dalam diri dan kau berada disana. Kau adalah kanan dan
aku sang kiri. Kita macam kaki yang melangkah beriringan, macam tangan yang
saling menggenggam. Maka tak masalah jika seharusnya bersama. Seharusnya tak
ada penghalang tinggi diantara kita. Namun kita sadar, bahwa ada dua lintas
yang tak berbatas. Saat setiap perbedaan adalah penyempurna persamaan. Saat
persamaan ada, maka perbedaan lebih memiliki arti.
Aku salah katamu, aku tak benar ungkapmu
lagi. Perbedaan kita terlalu besar tuturmu berulang. Tak ada akhir yang pasti
untuk perbedaan kita. Saat ini, kita tidak sedang menaati sesuatu yang semudah
degup jantung yang bekerja lebih giat, mengingat yang membuat kita bahagia,
atau kupu-kupu dalam perut. Ini adalah tentang pembuka batin diri kita yang
sebenarnya, tentang cerminan diri kita yang sesungguhnya. Seharusnya kita
berterima kasih pada-Nya bukan mengalih seperti ini. Perbedaan kita sangat
nyata. Kita sedang berpijak pada hal yang tak sama. Kita menyebut Sang pencipta
dengan nama yang berbeda. Kita sedang menaati iman yang tak serupa. Sekali lagi
ku sampaikan padamu bahwa aku sangat sekali bersyukur telah mengenalmu,
meskipun pada akhir kisah kita harus mengalami derita yang tak kenal rasa iba.
Berjalan seorang-orang meskipun kita mempunyai tujuan yang sama. Aku tak akan
marah, tak akan pernah, karena dengan ini, kita akan lebih menghargai perbedaan
meski tak berujung bahagia. Aku juga tak pernah menyesali semua yang sudah
terjadi, karena bagaimanapun juga rasa ini adalah anugrah.
Kau benar kataku, kau tak salah ujarku
lagi. kita seperti dua tapal yang tak berbatas. Kita hanya bisa berjalan
beriringan tanpa pernah ada ujung kebersamaan. Kita seperti garis sejajar yang
hanya bisa berdekatan tanpa bisa
menyatukan jiwa. Perbedaan kita memang sangat kuat. Bahkan jika aku harus memilih
antara penciptamu atau dirimu, jelas aku akan kalah telak. Karna pasti,
penciptamu dan dirimu adalah sosok yang berbeda. Dia adalah penguasa jagad
raya, dan penguasa dirimu. Ini adalah pilihan yang tak sesederhana yang aku
ungkapkan diawal bahwa beda berarti sama. Perbedaan memang jelas, dua lintas
tak terbantah, saat senang sedih, kosong isi, serta putus serpi. Maka bukankah
temu juga memiliki sahabat yang bernama pisah?
Untuk kamu yang hanya menjadikan cintaku
sebatas pengakuan yang tak direstui Tuhan.
Semarang, 09 September 2015